Suara.com - Komisi Nasional Perempuan angkat bicara mengenai penyensoran foto-foto sejumlah mahasiswi pengurus organisasi kampus. Wajah perempuan disamarkan itu nampak dari bagan struktur kepengurusan (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik) BEM FT, (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) BEM FMIPA Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Jamaah Muslim Geografi (UKM-JMG) Fakultas Geografi UGM Yogyakarta.
Komisioner Komnas Perempuan Rainy Maryke Hutabarat mengatakan, pengaburan foto mahasiswi dalam struktur kepengurusan organisasi kampus merupakan kekerasan simbolik terhadap perempuan.
“Pengaburan foto mahasiswi-mahasiswi UGM dan UNJ merupakan bentuk penghilangan peran dan eksistensi perempuan dalam teks organisasi. Ini kekerasan simbolik. Seharusnya kampus menjadi pelopor teks-teks berspektif hak asasi manusia,” kata Rainy kepada Suara.com, Rabu (12/2/2020).
Dia menerangkan, teks dalam hal ini tak sebatas teks tertulis, namun lebih luas mencakup foto atau audio visual. Menurutnya dalam narasi narasi sejarah, pemberitaan, bahkan kitab suci, identitas perempuan kerap dihilangkan karena dianggap tidak penting. Bahkan, tanpa identitas dan tanpa eksistensi.
Baca Juga: Foto Perempuan Pengurus BEM Diblur, UNJ Pentingkan Kesetaraan Gender
Sejak dahulu identitas perempuan diwakili dengan identitas suami atau komunitasnya, bahkan ada yang tidak disebut sama sekali. Hal itu terkait superioritas laki-laki dalam keluarga dan komunitasnya dalam masyarakat patriarkis.
“Ucapan selamat misalnya, hanya mencantumkan nama suami sedangkan istri dan anak cukup diwakili dengan sebutan keluarga. Dalam Alkitab terdapat ‘perempuan-perempuan tanpa nama’,” ujarnya.
Sebelumnya, warganet ramai memperdebatkan foto-foto sejumlah mahasiswi pengurus organisasi kampus yang disensor. Wajah perempuan disamarkan itu tampak dari bagan struktur kepengurusan BEM FT dan BEM FMIPA Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Informasi foto-foto kepengurusan organisasi kampus itu pertama kali disebarkan oleh organisasi Study and Peace UNJ, yang concern pada isu kesetaraan gender. Dalam bagan struktur kepengurusan orgasisasi kampus itu foto-foto perempuan di-blur dan ada yang diubah dengan animasi, sedangkan laki-laki terpampang jelas.
Ketua BEM Fakultas Teknik UNJ, Ibrahim Katoni Baurekso membantah telah memblur foto pengurus perempuan.
"Bahwa tidak benar adanya foto BPH perempuan diblur, melainkan diturunkan opacity," tulisnya melalui keterangan tertulis yang diperoleh Suara.com, Rabu (12/2/2020).
Ibrahim juga membantah adanya feminisme, patriarki dan seksisme di tubuh BEM FT UNJ. Pemasangan foto yang diturunkan opacity atau kegelapannya merupakan hasil keputusan bersama. Ibrahim mengaku ada beberapa pengurus yang tidak menginginkan fotonya dipublikasi dan ada pula sebagian yang menginginkan fotonya dipublikasi.
Baca Juga: Ramai Kritik, JMG UGM Hapus Foto Blur Perempuan
"Sampai akhirnya timbul sebuah kesepakatan antar BPH wanita untuk tetap mempublikasikan foto mereka dengan syarat menurunkan opacitynya," ungkapnya.