Pro-Kontra Valentine Day, Dilarang di Dalam Negeri, Dirayakan Arab Saudi

Jum'at, 14 Februari 2020 | 18:05 WIB
Pro-Kontra Valentine Day, Dilarang di Dalam Negeri, Dirayakan Arab Saudi
Viral surat Dinas Pendidikan Kota Bandung larang sekolah dan murid rayakan Valentine (twitter @RomoJostKokoh)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Polemik Hari Valentine atau dikenal Valentine Days kerap muncul tiap tahunnya di Indonesia dan selalu menghadirkan perdebatan di kalangan agamawan.

Perdebatan Hari Valentine pun menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat hingga pemerintah lantaran kerap dikaitkan dengan kontradiksi budaya. Bagi sebagian masyarakat dan pemerintah daerah meyakini Hari Valentine haram dirayakan, karena berlawanan dengan ajaran agama pun tak sesuai dengan norma adat dan istiadat masyarakat Indonesia.

Hal tersebut tergambar dalam sejumlah kebijakan pemerintah daerah yang mengeluarkan surat edaran ke sekolah-sekolah melarang perayaan Hari Valentine yang kerap diperingati tiap 14 Februari. Bahkan, surat edaran itu beredar di media sosial (medsos) dan ramai diperbincangkan warganet.

Beberapa pemerintah daerah yang mengeluarkan larangan tersebut di antaranya berada di Provinsi Jawa Barat, yakni Kota Bekasi, Depok dan Bandung.

Pemkot Depok, misalnya, menyebarkan surat edaran larangan perayaan yang disebut hari kasih sayang itu dengan nomor 42I/937 /ll/ Peb. SM P/2020. Surat itu ditujukan kepada para kepala sekolah SD, SMP dan pelajar di Depok.

Baca Juga: 5 Fakta Hari Valentine di Arab Saudi, Ada Hadiah dari Kutipan Alquran

"Iya benar kami menyebarkan surat edaran itu agar tidak merayakan hari Valentine Day ke kepala sekolah SD dan SMP," kata Kepala Dinas Pendidikan Depok Mohammad Thamrin, Kamis (13/2/2020).

Menurut Thamrin, surat itu berisikan Hari Valentine bertentangan dengan norma agama, sosial, dan budaya. Surat edaran itu kata dia, upaya membangun karakter peserta didik yang berahlak mulia.

"Kami mohon perhatian saudara untuk melakukan langkah-langkah, mengimbau peserta didik untuk tidak merayakan valentine day, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah," katanya.

Selain itu, Thamrin juga meminta pengawas sekolah untuk mengawasi kegiatan peserta didik masing-masing di tiap sekolah.

"Kami juga mengimbau agar kepala sekolah, guru dan komite sekolah untuk menanamkan sikap dan perilaku serta karakter dengan melestarikan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia," katanya.

Baca Juga: Jelang Valentine Day, Pemkot Kediri Sidak Kondom di Minimarket dan Apotek

Surat edaran tersebut itu pun viral di berbagai media sosial Instagram seperti Depok24jam, Depok update, dan Info Depok.

Beberapa waktu sebelumnya, Dinas Pendidikan Kota Bandung juga mengeluarkan surat edaran serupa yang melarang sekolah dan murid untuk merayakan Hari Valentine. Surat bernomor 420/1014-Disdik itu beredar luas di media sosial.

Para guru dan orang tua diharap melakukan pemantauan atau pengawasan kegiatan putra-putrinya terkait perayaan Valentine.

Hari Valentine dan Religitainment

Imam Keuskupan Agung Jakarta, Romo Jost Kokoh Prihatanto ikut mengomentari beredarnya surat larangan tersebut. Ia mengunggah foto surat tersebut ke akun Twitter pribadinya, @RomoJostKokoh pada Selasa (11/2/2020). Dalam cuitannya, Romo Jost Kokoh berpendapat bahwa Valentine hanya perpaduan budaya religius dan hiburan saja.

Berbagai hadiah di hari Valentine. (Shutterstock)
Berbagai hadiah di hari Valentine. (Shutterstock)

"Hari Valentine sejatinya adalah "religitainment", kombinasi kultur religiositas & entertainment, sebuah produk industri kreatif: bisnis kartu ucapan, kuliner coklat & tart, busana, hotel & resto," tulisnya.

Ia melanjutkan, "Tapi di Indonesia kerap malahan jadi soal 'agama' dikafir-fakir (kafir--red)-kan. Aneh tapi nyata".

Sementara itu dilaporkan Ayobandung.com-jaringan Suara.com, Selasa (11/2/2020), Sekretaris Disdik Kota Bandung Cucu Saputra mengatakan, surat edaran serupa juga dikeluarkan pihaknya menjelang Valentine tahun lalu.

Dia mengatakan, tujuannya adalah untuk mengedukasi siswa dan siswi sekolah serta sebagai bentuk tanggungjawab bersama.

"Kegiatan Valentine kan sangat berpeluang dirayakan anak-anak yang masih mencari jati diri, yang secara psikologis belum matang. Maka kita sebagai orang yang lebih dewasa wajar untuk mengingatkan," ungkapnya saat dihubungi Ayobandung.com, Selasa (11/2/2020).

Cucu mengatakan bahwa perayaan Valentine tidak sesuai dengan norma agama maupun kebudayaan Indonesia dan pendidikan karakter di sekolah adalah hal yang penting. Menurutnya pendidikan tak hanya belajar di sekolah, namun jauh lebih penting pendidikan karakter.

Baginya, tidak ada dalam norma agama dan kultur masyarakat Indonesia merayakan valentine. Dia menambahkan, surat tersebut merupakan imbauan.

"Sifatnya lebih ke ajakan persuasif saja, mengimbau dan mengingatkan. Kalimat larangan itu hanya penguatan saja agar tiap sekolah lebih memiliki keseriusan untuk mengantisipasi hal tersebut," katanya.

Selain Pemkot Depok dan Bandung, Pemerintah Kota Bekasi juga melakukan hal yang sama. Mereka mengeluarkan surat edaran larangan merayakan Hari Valentine 14 Februari nanti. Surat edaran bernomor 430/2062-Set Disdik itu juga sempat viral di media social.

Dalam surat yang fotonya viral tersebut, terdapat tandatangan atas nama Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi Dr H Inayatullah, tertanggal 12 Februari 2020.

Selain itu, surat tersebut bermaksud merealisasikan nilai-nilai karakter/kepribadian bagi para pelajar di Kota Bekasi sesuai dengan visi kota Bekasi yang cerdas, kreatif, maju, sejahtera dan ihsan serta norma sosial dan budaya Indonesia.

Melalui surat tersebut, Disdik Kota Bekasi melarang para pelajar untuk merayakan Valentine Day, baik di dalam maupun luar lingkungan sekolah. Mereka juga meminta para orang tua dan wali murid mengawasi anak-anaknya untuk tidak merayakan Valentine. Dewan guru juga diminta untuk ikut serta merespons imbauan Dinas Pendidikan tersebut.

Aktivis perempuan Tunggal Pawestri melalui akun Twitternya, @tunggalp, menyoroti beredarnya surat yang melarang murid merayakan Valentine. Ia merasa heran dengan adanya surat tersebut.

"Ini imbauan dari Dinas Pendidikan Kota Bekasi untuk tidak merayakan Valentine. Emang biasanya pada ngapain sih kalau Valentine?" cuit Tunggal pada Rabu (12/2/2020).

Saat dihubungi Suara.com, Tunggal mengaku memperoleh foto surat edaran tersebut dari orang tua murid.

"Dari salah satu orangtua murid yang lapor ke saya, beredar di grup WA orangtua murid sebuah sekolah di Bekasi," katanya.

Warganet yang berkomentar di cuitan Tunggal juga merasa heran dengan adanya surat larangan merayakan Hari Valentine di Bekasi. Seperti komentar dari @fcepi yang menulis, "Apakah tidak boleh saling mengasihi dan menyayangi?"

"Jajan coklat sama recook resep kue. Itu dinas pendidikan Kota Bekasi kenapa gak bikin pendidikan seks aja gitu lho. Capek banget jadi anak sekolah di Bekasi ini, segala dilarang. Ttd: Penduduk Kota Bekasi," komentar dari @danilestari.

MUI juga Melarang  

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat menganjurkan masyarakat tidak ikut merayakan Hari Valentine yang biasa jatuh setiap tanggal 14 Februari. Ia menilai, budaya valentine lebih banyak negatifnya dibandingkan positif.

"Jadi Hari Valentine itu kan budaya luar ya, budaya barat, yang dalam budaya baratnya itu banyak hal yang negatif," ujar Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar seperti dilansir Ayobandung-jaringan Suara.com, Rabu (12/2/2020).

Menurut Rafani, Hari Valentine kerap diidentikan dengan hari kasih sayang, namun banyak diekspresikan dengan hal-hal yang bertentangan nilai-nilai ketimuran dan agama.

Terlebih, kata dia, Indonesia ini merupakan negara yang sangat menjunjung tinggi norma agama, dan norma kesusilaan. Menurutnya Hari Valentine adalah budaya barat yang tidak cocok dengan nilai-nilai ketimuran.

"Terutama kepada anak-anak muda, tidak usah meniru budaya barat yang memang isinya itu sangat bertentangan. Kan bisa merusak moral," sambung Rafani.

Untuk itu, ia mengimbau kepada masyarakat untuk dapat memfilter budaya barat, jangan asal diikuti. Namun demikian, dia mengaku tidak anti barat, tetapi masyarakat harus lebih bijak mencermatinya.

"Kita tidak anti budaya barat, kalau budaya barat yang positif, seperti kerja keras, tekun belajar, disiplin, itu yang patut ditiru, bukan pergaulan bebasnya," katanya.

Perayaan Hari Valentine di Arab Saudi. [Arab News]
Perayaan Hari Valentine di Arab Saudi. [Arab News]

Meski mendapat tentangan keras dari mayoritas kalangan pemuka agama, kondisi tersebut menjadi berbeda dengan yang terjadi di Kawasan Timur Tengah.

Meski dikenal sebagai pusat penyebaran Agama Islam dunia sejak awal, keadaan berbeda dengan Indonesia justru terjadi di Kerajaan Arab Saudi. Mawar merah tidak lagi disembunyikan di ruang belakang toko bunga, dan cokelat berbentuk hati tidak lagi dijual di bawah meja pada Hari Valentine di Arab Saudi.

Arab Saudi Rayakan Hari Valentine

Sejak tahun 2016, polisi agama di Saudi telah melegalkan perayaan Hari Valentine. Namun, Hari Valentine atau hari kasih sayang baru dirayakan secara meriah di Saudi pada tahun 2018. Itu setelah tokoh agama Saudi mengesahkan perayaan Hari Valentine.

Tahun lalu, seperti diberitakan Arab News, Syekh Ahmed Qasim Al-Ghamdi, mantan presiden Komisi untuk Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan di Makkah, mengumumkan di televisi bahwa merayakan Hari Valentine tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

“Perayaan Hari Valentine tak bertentangan dengan ajaran Islam. Merayakan cinta, kasih sayang, tidak terbatas pada non-Muslim. Setiap muslim juga harus merayakan cinta,” tutur Syekh Ahmed Qasim, Kamis (14/2/2019) silam.

Ia mengatkan, Hari Valentine dirayakan di seluruh dunia, sama seperti Hari Ibu. Bagi warga Saudi yang beragama Islam, merayakan Hari Valentine artinya merayakan aspek positif dari manusia.

Seruan itu disambut baik warga Saudi. Apalagi para pebisnis, yang bisa secara bebas menjual bunga mawar, restoran, kafe, klinik kosmetik, salon kecantikan, hingga cokelat.

Bahkan, merek cokelat dan makanan asal Saudi seperti Godiva, telah menyiapkan produk-produk Hari Valentine.
Abdulaziz Al-Noman, pebisnis cokelat, mengakui telah bekerja sama dengan para pengecer untuk menawarkan kepada pelanggan cokelat dan bunga gratis khusus Valentine.

Fitaihi, merek Saudi yang terkenal, menawarkan diskon untuk gelang dan liontin cinta untuk apa yang mereka sebut "acara yang sangat istimewa."

Nadine Attar, seorang perancang perhiasan dan wajah Nadine Jewellery, telah menyebar tagar khusus Hari Valentine, yakni "A Journey of Love.”

Tak hanya itu, banyak pula pedagang yang menjual kartu ucapan Hari Valentine yang bertuliskan kutipan ayat Alquran maupun penyair Arab terkenal seperti Kahlil Gibran atau Al Mutanabi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI