"Habis itu pelaku langsung diamuk penumpang lain karena nggak ada satpam di dalam (gerbong) KRL," ucap Salsa.
Pria tersebut dipaksa turun setibanya di stasiun terdekat yakni Stasiun Pasar Minggu. Pria tersebut tak hentinya memelototi Salsa dan mengucapkan kata-kata kasar.
Salsa yang mendapatkan perlakuan tak mengenakkan itu mengalami syok, tubuhnya gemetar ketakutan, lehernya mengalami memar. Beruntung penumpang lain di dalam gerbong membantu Salsa.
"Gue cuma gemetar dan nggak bisa berpikir apapunm di situ gue syok banget dan memilih turun di Stasiun Tanjung Barat," ungkap Salsa.
Baca Juga: Riset DBS Group: Dampak Virus Corona di Kawasan dari Sisi Rantai Pasokan
Respons Pihak KRL dan Polisi yang Mengejutkan
Setibanya di Stasiun Tanjung Barat, Salsa langsung melaporkan kejadian itu kepada petugas di stasiun. Ia meminta agar pihak KRL membuka rekaman CCTV agar pelaku bisa diadili.
Namun, pihak KRL menolak permintaan Salsa. KRL menegaskan CCTV hanya bisa dibuka untuk menelusuri barang kehilangan saja. Salsa diminta untuk membuat laporan kepolisian terlebih dahulu.
"Di situ gue mikir ya Allah kok barang lebih berharga daripada fisik yang mendapat kekerasan," ucap Salsa.
Setibanya di kantor polisi, Salsa kembali diminta menjelaskan kronologi. Di sana ia justru dihardik oleh polisi dan disalahkan.
Baca Juga: Zulhas Sangkal Keluarkan Izin Alih Fungsi Hutan yang Diajukan Annas Maamun
"Katanya 'Kamu harusnya teriak kan ada petugas yang bakal menangani, kalau kayak gini nggak ada saksi, kalau pihak pengamanan sana melihat kejadian dan lihat pelaku pasti bisa langsung dibawa ke sini'" ungkap Salsa.