Ilmuwan: Virus Corona Dibuat dari Ribuan Kelelawar yang Dijebak 8 Tahun
"Virus corona (2019-nCoV) secara teratur menyerang populasi manusia baik secara alami maupun akibat kecelakaan laboratorium," kata Ebright.
Terkini, seiring dengan merebaknya virus corona 2019-nCoV, ahli tersebut mempertanyakan keakuratan temuan Trevor Bedford, seorang spesialis bioinformatika dari University of Washington.
Sebelumnya, Bedford menyebutkan setidaknya ada 25 tahun jarak evolusi antara RaTG13 -- virus serupa pada kelelawar yang disimpan di lembaga virologi Wuhan-- dan 2019-nCoV.
Sebab, tingkat mutasi diperkirakan berbeda saat disalurkan lewat perantara yang berbeda sebelum sampai ke manusia.
Kepada ScienceInsider, Ebright mengatakan, "Virus corona (2019-nCoV) secara teratur menyerang populasi manusia baik secara alami maupun akibat kecelakaan laboratorium".
Baca Juga: Alert! Kemenkes Peringatkan Potensi Peningkatan Covid-19
Tak cukup sampai di situ, ia bahkan menuduh sekelompok ilmuan dari EcoHealth Alliance telah sengaja menciptakan virus corona.
"Kelompok Peter Daszak dan Shi selama delapan tahun telah menjebak kelelawar di gua-gua sekitar China untuk mencicipi kotoran dan darah mereka dari virus. Mereka mencicipi lebih dari 10.000 kelelawar dan 2.000 spesies lainnya".
Selain itu, Ebright menuding, kelompok tersebut telah menemukan sekira 500 virus corona, di mana 50 diantaranya mendekati virus SARS, termasuk RaTG13 yang diambil dari sampel kotoran kelelawar. Spesies itu dikumpulkan dalam gua yang berada di Moglang, Yunnan pada 2013.
Di lain pihak, tudingan Ebright tersebut mendapat bantahan Daszak yang merupakan ahli ekologi penyakit di EcoHealth Alliance.
Ia menyebut, banyak praduga yang muncul setiap penyakit baru ditemukan.
Baca Juga: Ilmuan Muda Indonesia Dapat 3 Medali di Ajang World Young Inventors Exhibition
"Saya berharap, sekali kita mengambil sampel di wilayah Cina Selatan dan Cina Tengah, kita akan menemukan banyak virus lain dan beberapa dari mereka akan lebih mirip ke 2019-nCoV".