Suara.com - Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta menelisik anggaran jumbo Formula E Jakarta. Anggaran itu disebut 2 kali lipat dari perhelatan Formula E di Hong kong.
Anggota fraksi PDI Perjuangan Gilbert Simanjuntak mengatakan Fédération Internationale de l'Automobile (FIA) selaku pencetus Formula E telah menggelar balapan di sejumlah negara. Salah satunya di Hong Kong, hanya memakan biaya sekitar HKD 250 sampai 300 juta, atau setara sekira Rp 528 miliar.
Sementara, kata Gilbert, di Jakarta besaran anggarannya mencapai Rp 1,161 triliun. Jumlah ini mengundang pertanyaan baginya karena anggarannya mencapai dua kali lipat.
"Apa yang membedakan biaya penyelenggaraan di Jakarta dua kali lipat biaya di Hongkong, sementara bahan untuk membangun ada di Indonesia," ujar Gilbert kepada wartawan, Selasa (11/2/2020).
Baca Juga: PSI Curiga Ada Kesepakatan Terselubung di Balik Formula E Boleh di Monas
Gilbert juga mempertanyakan soal penunjukan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai penyelenggara. Padahal, perusahaan ini bergerak di bidang konstruksi yang tidak ada hubungannya dengan tujuan acara, yakni pariwisata.
"Dana paling besar dipegang oleh Jakarta Propertindo yang bisnis utamanya infrastruktur, padahal target adalah menaikkan jumlah turis ke Jakarta/Indonesia," jelasnya.
Soal anggaran itu ia juga mempertanyakan kontribusi dari acara ini bagi daerah penyelenggara. Padahal, kegiatan ini sejak 2014 masih mengalami defisit.
"Sudah dicoba mencari data, hingga saat ini tidak diketahui apa saja yang menjadi tanggung jawab DKI dan Formula E Holding," jelasnya.
Selain itu, ia menganggap belum ada publikasi yang jelas soal adanya pengelolaan sirkuit setelah balapan. Selain itu kota Jakarta yang sudah macet akan semakin macet dengan jalan raya yang digunakan sebagai lintasan balapan.
Baca Juga: Formula E 2020 Belum Dapat Izin di Monas, Ida Mahmudah Setuju Usulan PSI
"Membutuhkan pemeliharaan yang tidak sedikit. Kejadian Formula E di Montreal, Kanada 2016-2017 adalah merugi. Moskow sendiri membatalkan balap ini karena acara selama 2 hari akan membuat kota tersebut makin macet dan dianggap tidak rasional," pungkasnya.