Ia bahkan menyebut pasangan suami istri ini cukup kooperatif selama mengikuti program.
"Cukup kaget kami ada informasi seperti itu. Kami dihubungi melalui WhatsApp bahwa beliau berdua itu melakukan bom bunuh diri. Jadi tidak menyangka karena di sini sudah cukup baik, cukup kooperatif bahkan dari yang lain," ucap Musfiah.
Musfiah tidak bisa menjamin mantan kombatan yang sudah mengikuti program deradikalisasi bisa sepenuhnya bersih dan tidak melakukan aksi teror kembali.
"Kami tidak bisa menjamin," jawab Musfiah kepada Quentin.
Baca Juga: Pemobil yang Cekik Polisi di Tol Angke Bawa Pisau dan Setrum
Reporter BBC kemudian menemui mantan ekstremis, Sofyan Tsauri yang juga mengenal Ruille dan Ulfa saat di pusat rehabilitasi.
Sofyan menolak wacana membawa pulang kembali warga negara Indonesia (WNI ) pendukung ISIS ke tanah air.
"Menurut saya, itu berisiko dan harus dipikir ulang dan saya termasuk yang tidak setuju kalau mereka masuk ke Indonesia," kata Sofyan.
Menurut Sofyan, membawa kembali pendukung ISIS ke Indonesia akan menjadi masalah sebab mereka termasuk orang-orang yang tidak bisa dipercaya.
Sofyan menuturkan, terdapat beberapa tempat favorit bagi kalangan jihadis setelah kematian pemimpin ISIS Abu Bakar Al-Baghdadi.
Baca Juga: Terlalu Seksi saat Bonceng 'Jokowi', Jessica Iskandar Disuruh Ganti Baju
"Pertama adalah memang Filipina untuk kawasan Asia Tenggara, yang kedua mereka juga mulai membuka front dan jalur untuk ke Afghanistan atau disebut dengan Khorasan dan itu seperti ada pembiaran," ungkapnya.