Usulan WNI Eks ISIS Karantina di Aceh, Kemendagri Tunggu Pernyataan Jokowi

Jum'at, 07 Februari 2020 | 18:36 WIB
Usulan WNI Eks ISIS Karantina di Aceh, Kemendagri Tunggu Pernyataan Jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres Maruf Amin. (Suara.com/Ummi Saleh)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Kementerian Dalam Negeri Bahtiar mengaku belum bisa mengomentari usulan terkait ratusan Warga Negera Indonesia (WNI) eks ISIS dari Suriah, Timur Tengah, dikarantina di Provinsi Aceh. Aceh dianggap menjadi daerah yang paling tepat jika pemerintah mau memulangkan WNI eks teroris ISIS tersebut.

Bahtiar mengatakan pihaknya masih menunggu pernyataan resmi dari Presiden Jokowi.

"Yang itu saya belum bisa respon apa-apa, dan saya kira tunggu pernyataan resmi dari pak presiden. Saya baru baca media," ujar Bahtiar di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Jumat (7/2/2020).

Ketika ditanya apakah nantinya akan ada pembahasan terkait usulan tersebut, Bahtiar mengatakan pemerintah dalam hal ini Presiden akan rapat bersama dengan kementerian/lembaga terkait sebelum membuat keputusan memulangkah ratusan WNI eks ISIS.

Baca Juga: Yusril Ngaku Gak Masalah Tak Satupun Kader PBB Dilirik Jokowi

"Ya pasti pemerintah kan biasanya presiden sebelum mengambil keputusan mengajak semua kementerian terkait. Tapi lebih detailnya saya tidak ngerti tentang hal itu," katanya.

Diberitakan sebelumnya, Direktur Eksekutif Indonesian Muslim Crisis Center, Robi Sugara, menilai ratusan Warga Negera Indonesia (WNI) eks ISIS dari Suriah, Timur Tengah boleh saja dipulangkan ke tanah air. Dengan catatan, harus melalui masa karantina.

Robi kemudian menyarankan pemerintah untuk menjadikan Provinsi Aceh sebagai lokasi karantina, sebab di sana berlaku aturan syariat Islam.

"Saya kira bisa melibatkan pemerintah provinsi Aceh yang saat ini wilayahnya sedang menjalankan syariat Islam. Jadi kepulangan mereka bisa dilakukan karantinanya di wilayah Aceh," kata Robi dalam keterangan tertulisnya, Kamis (6/2/2020).

Dosen HI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu beralasan salah satu faktor yang membuat mereka berangkat ke Suriah adalah keinginan mereka untuk hidup dalam hukum syariat Islam yang tidak diterapkan di Indonesia.

Baca Juga: Tangkal Virus Corona ke Indonesia, PBB Dukung Penuh Kebijakan Jokowi

"Mereka pergi gabung ISIS karena mereka menginginkan penerapan syariat Islam yang itu tidak ditemukan di negaranya. Karena itu mereka pergi ke tempat yang menurut mereka sedang menjalankan syariat Islam," ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI