Tak Semua Menolak, Seniman Jose Rizal Manua Setuju TIM Dibongkar

Jum'at, 07 Februari 2020 | 17:26 WIB
Tak Semua Menolak, Seniman Jose Rizal Manua Setuju TIM Dibongkar
Program revitalisasi TIM terus belanjut, Gedung Graha Bhakti diruntuhkan. (Suara.com/Tyo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seniman senior Taman Ismail Marzuki, Jose Rizal Manua mengaku tak masalah dengan pembongkaran Gedung Graha Bhakti Budaya sebagai proses revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), Menteng, Jakarta Pusat oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro).

Jose yang sudah berkesenian di TIM sejak 1972 itu menilai GGB sudah sangat perlu dilakukan revitalisasi sebab kondisinya sudah tidak layak untuk melakukan pentas seni.

"Saya lima tahun lebih mimpin di situ (GGB), tahun 80-an itu saya yang pegang, Graha Bhakti itu bocor di mana-mana, kalau hujan di panggung pun netes air, daknya itu bocor, kalau hujan banjir, balkonnya pernah ambruk runtuh untuk tidak pas pertunjukan, habis ambruk ke bawah. Riskan kalau cuma renovasi, berbahaya, jadi gak apa-apa dihancurkan," kata Jose kepada Suara.com di TIM, Jumat (7/2/2020).

Di Gedung Graha Bakti Budaya Bhakti ini terdapat sejumlah ruangan kantor, ruang pertunjukan teater, ruang pameran lukisan Galeri Cipta, ruang kantor Dewan Kesenian Jakarta, dan lapak buku, semuanya itu diruntuhkan untuk bangun dengan bangunan yang modern.

Baca Juga: Program Revitalisasi TIM Terus Belanjut, Gedung Graha Bhakti Diruntuhkan

Pendiri Teater Tanah Air itu juga mengaku tidak masalah dengan Galeri Buku Bengkel Deklamasi yang dibangunnya bersama penyair, WS Rendra sejak 1996 itu ikut diratakan akibat revitalisasi TIM.

"Nanti pindah ke warung pujasera itu, rencananya kan parkiran akan di bawah tanah semua dan tim ini akan terlihat sebagai taman yang hijau nantinya, di bagian pujasera itu ada dibangun museum, perpustakaan yang canggih," terangnya.

Dia juga merasa seluruh seniman di TIM sudah dilibatkan dalam proses revitalisasi, sehingga dia menyebut penolakan dari sejumlah seniman sebagai hal yang biasa.

"Dinamika ini biasa, itu menunjukkan kepekaan seniman terhadap rumahnya, di masa keterbukaan seperti ini kritik semacam itu merupakan bagian dari dinamika hidup berbangsa," ucapnya.

Jose juga menilai komunikasi antara Pemprov DKI dengan seluruh seniman di TIM kurang berjalan baik sehingga terjadi penolakan.

Baca Juga: Bioskop XXI Taman Ismail Marzuki Berhenti Beroperasi

"Waktu sosialisasi Gubernur salah memilih orang, jadi yang ditonjolkan itu soal hotel bintang lima yang gitu-gitu, kemudian dikirim Pak Dadang itu ngajakin berantem seniman, ya salah ngirim orang, salah komunikasi," tutup Jose.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI