Suara.com - Sejak virus corona menyebar, diskriminasi dan sentimen rasis terhadap orang Cina pun terjadi di berbagai negara. Tak terkecuali Singapura dengan 30 kasus hingga Jumat (7/2/2020) ini.
Menteri Dalam Negeri sekaligus Menteri Hukum Singapura Kasiviswanathan Shanmugam tidak membiarkan sentimen rasis maupun xenofobia hadir di tengah masyarakatnya.
Dalam unggahan di Facebook, Jumat (7/2/2020) pagi, Shanmugam menyoroti ujaran kebencian terhadap orang Cina yang belakangan muncul di Singapura. Salah satunya, pernyataan rasis yang dilontarkan oleh ulama bernama Abdul Halim bin Abdul Karim.
Dilaporkan Asia One, Jumat (7/2), Shanmugam mengecam pernyataan Abdul yang diunggah ke Facebook pada Rabu, 29 Januari 2020.
Baca Juga: Sri Mulyani Malas Tanggapi Nasabah Jiwasraya yang Geruduk Kantornya
Dalam postingan itu, Abdul menuduh orang Cina tidak higienis seperti Muslim. Ia menyiratkan bahwa virus corona berasal dari Cina karena masyarakatnya tidak mandi sampai bersih setelah buang air besar.
Unggahan Abdul lainnya juga masih menyudutkan orang Cina atas wabah virus corona. Ulama itu meyakini bahwa wabah virus corona di Cina adalah azab dari Tuhan karena menindas Muslim Uighur.
Shanmugam mengomentari pernyataan itu, "Kata-kata seperti itu konyol, dapat dibantah dengan referensi ke contoh lain. Dan mereka xenofobia".
"Dia (Abdul) mengatakan bahwa orang Cina tidak mencuci tangan dengan benar setelah buang air dan tidak higienis seperti Muslim, dan menyalahkan mereka yang menyebabkan virus menyebar. Komentar-komentar seperti itu tidak dapat diterima oleh siapa pun, apalagi seseorang yang seharusnya menjadi ulama," imbuhnya.
Kementerian Dalam Negeri Singapura Mengusut Unggahan Abdul
Baca Juga: BNPT: Identitas 600 WNI Eks ISIS Masih Diverifikasi
Dalam unggahannya, Shanmugam menegaskan Kementerian Dalam Negeri (MHA) bakal menginvestigasi pernyataan ulama Abdul.
"Saya telah meminta MHA untuk memeriksa apa yang telah dikatakan Abdul Halim," tulisnya.
Menurut Shanmugam, komentar Abdul Halim terhadap orang Cina pada umumnya dan Cina-Singapura khususnya, tidak dapat diterima, dan ini tidak bisa dibiarkan.
"Ketika pengkhotbah lain telah membuat komentar yang tidak dapat diterima, mereka akan ditindak," ujar sang menteri.
Ia mencontohkan, dua pendeta di Singapura diberikan sanksi, dalam beberapa tahun terakhir, karena komentar yang menyerang.
Meskipun demikian, Shanmugam menunjukkan bahwa provokasi semacam itu diperlihatkan oleh bagian kecil dari setiap komunitas. Dia memuji organisasi Islam dan ulama lainnya yang telah menentang rasisme dan xenofobia di tengah-tengah wabah virus korona.
Misalnya, Mohamad Ghouse Khan Surattee, ulama di Singapura yang menulis unggahan di Facebook, Rabu (5/2/2020).
"Sekarang bukan saatnya untuk menyalahkan siapa pun, atau melihatnya sebagai hukuman atau azab kepada bangsa atau ras tertentu - sekarang virus sudah di depan pintu, menyalahkan orang pada saat ini dapat menunda bantuan yang berharga," tulis Mohamad Ghouse Khan Surattee.
Shanmugam juga mengklaim bahwa organisasi seperti MUIS, PERGAS, Association of Muslim Professionals, the Religious Rehabilitation Group, Muhammadiyah Association, dan Singapore Kadayanallur Muslim telah bersuara mendesak warga Singapura untuk tidak membuat komentar yang sensitif.