Suara.com - Penggerebekan PSK berinisial NN (26) yang diduga direncanakan oleh anggota DPR RI Andre Rosiade menimbulkan beberapa tanda tanya. Misalnya, keberadaan pria yang bersama NN di kamar hotel hingga saat ini masih samar.
Sementara itu, Andre Rosiade membantah ikut terlibat dan merencanakan penggerebekan terhadap NN, di sebuah hotel berbintang di Kota Padang, Sumatera Barat.
Berikut 4 hal yang masih menjadi misteri dalam skandal penggerekan PSK yang dilakukan Andre Rosiade, yang dirangkum Suara.com, Kamis (6/2/2020):
1. Pria yang bersama NN di kamar hotel
Baca Juga: Waduh! Pelatih Persija Kesulitan Satukan Pemain Lokal dengan Legiun Asing
NN saat ditemui Covesia.com---jaringan Suara.com, di Mapolda Sumbar, Senin (3/2/2020) siang, mengaku bahwa pria yang bersamanya di kamar hotel berusia 40-an.
"Orang yang bersama saya umurnya mungkin sekitar 40-an," terang NN.
Berdasarkan penuturan NN, penggerebekan itu terjadi sekitar 14.30 WIB, Minggu (26/1/2020). Dia tidak kenal siapa pelanggannya itu sebelumnya dan tidak pernah bertanya kepada AS (mucikari). Urusannya di ruangan dan menerima bayaran.
Ketika pria yang telah menggunakan jasanya itu membuka pintu, NN tidak tahu lagi pria itu ke mana, alias hilang tanpa jejak.
Polisi pun hanya menangkan AS dan NN pasca penggerebekan.
Baca Juga: Salut, Ibu Ini Taklukkan Puncak Kinabalu Sambil Gendong Anak
2. Tidak ada handuk di kamar
Benda seperti handuk selalu tersedia di kamar hotel, apalagi sekelas hotel berbintang. Namun saat penggerebekan, NN mengaku tidak menemukan handuk di sana.
Sesaat sebelum penggerebekan NN mendengar ada yang memencet bel pintu. Ia sempat bertanya kepada pria yang bersamanya tentang siapa orang yang telah memencet bel pintu.
Pria itu menjawab bahwa yang memencet bel mungkin petugas kebersihan kamar hotel.
Padahal, menurut NN, kamarnya masih rapi. Pria itu lalu keluar dari kamar mandi dan mengambil bajunya yang dilepaskan sebelumnya.
"Karena panik, aku ngikutin dia dari belakang. Dia membuka pintu, aku di belakang dia. Aku nyari handuk tidak ada di situ. Biasanya semua hotel, handuk ada. Kalau ini enggak ada. Ini kok kayak direncanain gitu. Maksudnya, kalau memang mau menggerebek aku. Begitu ketuk pintu, wartawan ada, aku juga kan enggak bisa lari. Aku juga enggak bisa bohong. Bukti ada, aku enggak bisa bohong," jelas NN.
Namun, dari penggerebakan yang direncakan itu, ada hal yang mengganjal bagi NN, ialah mengapa dirinya 'dipakai' terlebih dahulu baru digerebek.
"Mengapa harus ‘pakai’ aku dulu," ujarnya dengan suara terbata-bata.
Sementara itu, pihak hotel siap buka-bukaan dan mengungkap alasan tidak ada handuk di kamar.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran kepada Covesia.com, Kamis (6/2/2020) mengatakan, "Secara hukum kita siap buka-bukaan. Stop pencemaraan nama baik kami. Kami punya CCTV di setiap koridor dan siap untuk kami buka jika diminta. Kami bisa tahu siapa yang membuka pintu dan bisa memberi alasan bagaimana handuk tidak ada di kamar dan sebagainya."
3. Nama Andre Rosiade di struk pemesanan
Beredar bukti struk reservasi hotel atas nama Andre Rosiade. Dalam lembaran struk itu, juga tertulis nomor kamar hotel 606—sama seperti ruang tempat PSK berinisial NN digerebek.
Struk reservasi tersebut diunggah oleh akun Twitter @tempemendoang. Dalam foto yang diunggah tampak hotel yang dipesan adalah Kyriad Hotel Bumi Minang.
Dalam struk, kamar hotel tersebut dipesan untuk tanggal 26 Januari 2020 dengan waktu check in pukul 14.00 WIB dan waktu check out pukul 12.00 WIB pada tanggal 27 Januari 2020.
Maulana Yusran kepada Covesia.com--jaringan Suara.com, Kamis (6/2/2020) menjelaskan, proses reservasi di hotel biasa dilakukan dengan dua cara.
Pertama, orang yang akan menginap memesan sendiri kamarnya dengan langsung menelepon atau mendatangi hotel bersangkutan. Cara kedua, lanjut Maulana, ada orang yang memesankan kamar untuk orang lain. Biasanya disebut dengan istilah booker.
"Pasti ditanya kamar ini buat siapa. Bagaimana mungkin resepsionis tahu yang pesan Andre Rosiade jika tidak ada yang menyebutkan. Ya tentu si Bimo (diduga ajudan Andre Rosiade) sebut nama Andre. Makanya ada nama Andre dalam struk tersebut," kata Maulana.
4. Perbedaan pernyataan antara polisi dan Andre
Terdapat perbedaan pernyataan antara polisi dan Andre Rosiade sesaat setelah skandal ini mencuat ke publik.
Minggu (26/1/2020), saat dihubungi Covesia.com via telepon, Kabid Humas Polda Sumbar Kombes Pol Stefanus Satake Bayu Setianto menyatakan bahwa kasus prostitusi tersebut terungkap berkat adanya informasi dari anggota DPR RI Andre Rosiade.
Ia menyebut Andre "memancing dan memesan" PSK dengan masuk melalui akun temannya atas nama Rio.
Andre Rosiade, kata Stefanus, ingin membuktikan di Kota Padang banyak terjadi prostitusi daring.
Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar itu, kata Stefanus pula, ingin 'membuka mata' Pemerintah Kota Padang dan DPRD Sumbar agar tidak membiarkan polisi bekerja sendiri, melainkan harus bisa bekerja sama.
"Andre ini ingin ikut serta memberantas maksiat tersebut. Ia memancing dan memesan pekerja seks komersial dengan masuk ke aplikasi MiChat melalui akun temannya. Iapun melakukan transaksi dan disepakati harga Rp 800.000 di salah satu hotel di Kota Padang," kata Stefanus.
Namun, Selasa (4/2/2020), Andre Rosiade kepada Suara.com, menegaskan bukan dirinya yang memesan NN.
"Kan udah gua jelasin di situ, bahwa pertama gua gak pernah mesen, tidak pernah nama gua mesen. Kan bisa dicek di resepsionis, ada gak nama gua datang ke resepsionis, datang bayar, enggak ada," kata Andre.
Andre mengklaim, hanya menyerap aspirasi masyarakat yang merasa diresahkan praktik prostitusi online melalui aplikasi MiChat.
"Jadi begini, prostitusi online itu fakta dan nyata, yang selama ini coba untuk ditutup-tutupi. Jadi gua hanya mendengarkan aspirasi masyarakat di Sumatra Barat yang sudah resah. Prostitusi ini merajalela di Sumatra Barat, karaoke ilegal banyak, orang jual miras ilegal banyak, lalu prostitusi online banyak."
Makanya, kata dia, “Karena laporan masyarakat, gua mengajak polisi, gua laporkan ke polisi, pak ini aplikasi MiChat dipakai untuk porstitusi online, ya sudah kita buktikan bersama-sama. Polisi yang gerebek di dalam dan memang terbukti ditahan oleh polisi. Coba tanya dong sama polisi, udah berapa kali yang bersangkutan transaksi," kata Andre.
Tapi ia mengaku bahwa orang yang memesan kamar 606 itu adalah Bimo, ajudan pribadinya.
“Iya, saya tahu nama itu memang Bimo. Tapi yang diributin namanya Andre Rosiade. Saya tak pernah pesan. Berarti ini kan kebohongan publik?” tegasnya.
Andre tidak menegaskan pemesanan kamar atas perintahnya. Namun, dia kembali menyoal tindakan itu adalah langkah pembuktian praktik prostitusi daring ada di Kota Padang.
“Ya, Bimo itu memang memesan, membayar kamar. Itu kan kita ingin membuktikan. Tapi sekali lagi bukan Andre Rosiade yang memesan,” katanya.