Andre Rosiade, kata Stefanus, ingin membuktikan di Kota Padang banyak terjadi prostitusi daring.
Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar itu, kata Stefanus pula, ingin 'membuka mata' Pemerintah Kota Padang dan DPRD Sumbar agar tidak membiarkan polisi bekerja sendiri, melainkan harus bisa bekerja sama.
"Andre ini ingin ikut serta memberantas maksiat tersebut. Ia memancing dan memesan pekerja seks komersial dengan masuk ke aplikasi MiChat melalui akun temannya. Iapun melakukan transaksi dan disepakati harga Rp 800.000 di salah satu hotel di Kota Padang," kata Stefanus.
Namun, Selasa (4/2/2020), Andre Rosiade kepada Suara.com, menegaskan bukan dirinya yang memesan NN.
Baca Juga: Waduh! Pelatih Persija Kesulitan Satukan Pemain Lokal dengan Legiun Asing
"Kan udah gua jelasin di situ, bahwa pertama gua gak pernah mesen, tidak pernah nama gua mesen. Kan bisa dicek di resepsionis, ada gak nama gua datang ke resepsionis, datang bayar, enggak ada," kata Andre.
Andre mengklaim, hanya menyerap aspirasi masyarakat yang merasa diresahkan praktik prostitusi online melalui aplikasi MiChat.
"Jadi begini, prostitusi online itu fakta dan nyata, yang selama ini coba untuk ditutup-tutupi. Jadi gua hanya mendengarkan aspirasi masyarakat di Sumatra Barat yang sudah resah. Prostitusi ini merajalela di Sumatra Barat, karaoke ilegal banyak, orang jual miras ilegal banyak, lalu prostitusi online banyak."
Makanya, kata dia, “Karena laporan masyarakat, gua mengajak polisi, gua laporkan ke polisi, pak ini aplikasi MiChat dipakai untuk porstitusi online, ya sudah kita buktikan bersama-sama. Polisi yang gerebek di dalam dan memang terbukti ditahan oleh polisi. Coba tanya dong sama polisi, udah berapa kali yang bersangkutan transaksi," kata Andre.
Tapi ia mengaku bahwa orang yang memesan kamar 606 itu adalah Bimo, ajudan pribadinya.
Baca Juga: Salut, Ibu Ini Taklukkan Puncak Kinabalu Sambil Gendong Anak
“Iya, saya tahu nama itu memang Bimo. Tapi yang diributin namanya Andre Rosiade. Saya tak pernah pesan. Berarti ini kan kebohongan publik?” tegasnya.