Suara.com - Seorang sopir taksi di Thailand dinyatakan sembuh dari virus corona yang belakangan ini telah menelan ratusan korban jiwa.
Laki-laki yang tidak diketahui identitasnya ini terjangkit virus corona seusai mengantar wisatawan asal China belum lama ini.
Dialihbahasakan dari Reuters, Kamis (6/2/2020), dia dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami batuk berat.
Ia teridentifikasi tertular virus corona pada 31 Januari 2020 dan menjadi pasien pertama di Thailand.
Baca Juga: Viral Bocah 12 Tahun Korban Begal di Depok, Polisi: Korban Terkena Sajam
Kekinian setelah dinyatakan sembuh, laki-laki itu menyemangati para pasien lainnya di Kota Wuhan. Ia memiliki kenyakinan, mereka bisa memerangi virus.
"Saya menonton berita setiap hari dari ruang karantina dan mengirim dukungan saya ke Wuhan," ucapnya yang mengenakan topeng bedah dalam konferensi pers.
Ia mengatakan, semua pasien bisa sembuh seperti dirinya,
"Aku bisa mengalahkannya. Kau juga bisa," lanjutnya.
Sopir taksi itu lalu bercerita sempat merasa terpungkul usai mengetahui dirinya terjangkit virus corona.
Baca Juga: Terungkap, Hotman Paris Pernah Pacari Penyanyi Dangdut Berinisial BN
Namun dirinya tak pernah berpandangan buruk kepada para wisatawan China ketika bekerja sebagai sopir taksi.
"Ketika saya tahu terkena virus, saya menangis karena harus menghidupi keluarga. Tapi, aya tidak marah kepada wisatawan atau orang China. Saya mengemudikan taksi, dan para turis adalah sumber penghasilan," katanya.
Sopir taksi itupun mendapat pujian dari dokter, setelah memeriksakan kesehatannya usai jatuh sakit. Sementara, keluarga sopir taksi itu dinyatakan negatif dari virus corona.
Untuk diketahui, virus corona baru pertama kali dilaporkan menyebar di kota Wuhan, China, pada akhir Desember 2019.
Sejak saat itu, virus berbahaya tersebut sudah merenggut 563 lebih nyawa dan menyebar ke puluhan negara lainnya.
Sejauh ini, dilaporkan setidaknya lebih dari 28 ribu orang terinfeksi virus tersebut.
Pemerintah China sendiri sudah menghentikan transportasi di Wuhan dan kota lainnya, sehingga diperkirakan ada lebih dari 50 juta orang "terkurung" di wilayah epidemi virus corona, agar tidak menyebar ke lawasan lainnya.