Berharap Bisa Bertemu Jokowi, Tiga Warga Jalan Kaki dari Mojokerto

Kamis, 06 Februari 2020 | 14:09 WIB
Berharap Bisa Bertemu Jokowi, Tiga Warga Jalan Kaki dari Mojokerto
Tiga warga asal Mojokerto, Jawa Timur melakukan aksi jalan kaki menuju Istana Kepresidenan Jakarta agar bisa bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Suara.com/Ummi Hadyah Saleh)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tiga warga asal Mojokerto, Jawa Timur melakukan aksi jalan kaki menuju Istana Kepresidenan Jakarta agar bisa bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mereka berharap aksi ini bisa menjadi perhatian Jokowi dan mau menghentikan tambang batu andesit atau tambang pasir batu (Sirtu).

Warga tersebut adalah Ahmad Yani (45), Sugiantoro (31), dan Heru Prasetiyo (24). Mereka mengklaim mewakili seluruh masyarakat yang ada di Desa Lebak Jabung, Kecamatan, Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Pada Kamis (6/2/2022) pukul 12.12 WIB, mereka berjalan kaki dari Sekretariat Jatam, Jalan Mampang Prapatan IV. Nantinya mereka akan bergabung dengan aksi Kamisan di seberang Istana sore nanti.

Ketiganya juga tampak membawa bendera merah putih dan tas ransel, tiga pria tersebut berjalan kaki agar bisa menemui Jokowi.

Baca Juga: Jokowi: Kerugian Akibat Karhutla di Indonesia Capai Ratusan Triliun Rupiah

Tak hanya itu, mereka juga membawa spanduk yang bertuliskan "Tolak Tambang di Sungai Woro, Mojokerto. Jangan Jadikan kami Salim Kancil yang ke 2 di Jawa Timur". Spanduk tersebut diikat di bajunya dengan menggunakan tali rapia.

Mereka tampak didampingi salah satu aktivis Jatam.

Tiga warga Mojokerto tersebut sudah berjalan kaki dari Mojokerto selama delapan hari sejak tanggal 26 Januari 2020 dan tiba di Jakarta tanggal 1 Februari 2020.

"Kedatangan kami untuk menyampaikan surat kepada pak Jokowi untuk memperjuangkan kelestarian alam hutan lindung, cagar budaya, situs religi dan area pertanian dan sungai yang kami cintai," ujar Ahmad Yani salah satu warga Mojokerto yang ikut aksi jalan kaki saat ditemui di Sekretariat Jatam, Jalan Mampang Prapatan, Jakarta, Rabu (6/2/2020).

Aksi penambangan batu andesit kata Yani, sudah mendapat penolakan dari warga sekitar. Namun pada 11 Oktober 2018, perusahaan tambang atas nama CV Sumber Rejeki dan CV Rizky Abadi memaksa melakukan penambangan.

Baca Juga: Said Didu Ungkap Daftar Janji Jokowi yang Bikin Sri Mulyani Mules

Namun warga menolak rencana penambangan saat diskusi di balai desa karena berdampak kerusakan lingkungan dan rusaknya sumber air yang menjadi kebutuhan warga desa sehari-hari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI