"Waduh, kita mesti turun 'nanya' petugas itu," ajak Si Sulung yang bergegas mengambil yurongfu atau jaket tebal pelindung udara dingin untuk menemui petugas penjaga pintu gerbang.
"Tidak bisa. Kamu harus nunggu di depan sini," kata si petugas menjawab pertanyaan Si Sulung.
"Kalau begitu, bolehkah titip koper-koperku di sini," timpal Si Sulung yang langsung mendapat persetujuan dari kedua petugas.
Dua puluh menit menjelang pukul 4 sore, telepon seluler berdering, sopir taksi daring mengabarkan ketibaanya, namun dihadang petugas keamanan.
Baca Juga: Rekam Tumpukan Mayat Korban Virus Corona, Lelaki Ini Ditangkap Polisi
Kami berempat turun dengan koper kabin masing-masing. Dua petugas keamanan berwajah bengis berubah ramah, malah membantu mengangkat koper ke dalam mobil jemputan.
"Yah, situasi seperti ini memang lebih baik kalian pulang. Zaijian (sampai jumpa)," ucapnya sambil melambaikan tangan melepas kepergian kami ke Bandara di bawah guyuran hujan salju.
Pemeriksaan Ketat
Bandar Udara Internasional Daxing yang berjarak sekitar 60 kilometer dari pusat Kota Beijing sore itu sangatlah sepi.
Tidak ada lagi pesawat yang antre mendarat di bandar udara termegah dan terluas yang baru beroperasi pada 25 September 2019 itu.
Baca Juga: Takut Corona, 15 Turis Ditolak Masuk Bali karena Pernah ke China
Kesibukan di dalam terminal pun tidak tampak seperti hari-hari biasa. Bandara yang bentuk bangunan terminalnya mirip burung Phoenix dan pelayanannya berbasis teknologi kecerdasan artifisial (AI) itu bagaikan kota mati.