Suara.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin memastikan jika ekspor ganja tak akan pernah bisa dilakukan pemerintah.
Hal itu disampaikan Ma'ruf menanggapi pernyataan anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS Rafli Kande yang mengusulkan agar ganja bisa menjadikomoditi ekspor Indonesia.
Ma'ruf mengatakan bahwa ganja sendiri sudah dilarang ditanam ataupun dikonsumsi di Indonesia. Dengan demikian, menurutnya tidak mungkin usulan itu akan terkabulkan di tanah air.
"Saya kira itu ada larangan ya, enggak mungkin lah pemerintah melakukan itu," kata Ma'ruf di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (5/2/2020).
Baca Juga: Coba Kelabui Anjing Pelacak K-9, Ganja 250 Kilogram di Pluit Diteburi Kopi
Kalau seandainya dikemas dalam bentuk sebuah obat, kata Ma'ruf mesti melalui proses pengkajian terlebih dahulu. Lagipula menurutnya kalau sudah diracik dalam bentuk obat tidak bisa disebut mengekspor ganja.
"Itu harus dilakukan kajian dulu. Namanya bukan mengekspor ganja itu. Sudah berubah namanya itu ya," katanya.
Sebelumnya, Rafli Kande menyarankan kepada Menteri Perdagangan Agus Suparmanto agar ganja dapat menjadi salah satu komoditas ekspor. Hal itu diutarakan Rafli dalam rapat kerja di Komisi VI.
Rafli menilai selama ini larangan ganja karena dianggap kandungannya bahaya dan digolongkan menjadi jenis narkotika hanya merupakan konspirasi global. Anggota DPR asal Aceh ini bahkan menyebut, pelaku penyalahgunaan ganja yang kini mendekam di balik jeruji besi tidak sebanyak penyalahgunaan jenis narkotika lainnya.
"Jadi ganja ini adalah konspirasi global, dibuat ganja nomor satu bahayanya. Narkotika yang lain dibuat nomor sekian-sekian, padahal yang paling sewot dan gila sekarang masuk penjara itu bukan orang ganja. Orang yang pakai sabu-sabu bunuh neneknya pakai ekstasi segala macam," ujar Rafli, Kamis (30/1/2020).
Baca Juga: Aneh, Napi LP Tangerang Bisa Edarkan 250 Kilogram Ganja di Jakarta
"Jadi pak, ganja ini bagaimana kita jadikan komoditas yang ekspor yang bagus. Jadi kita buat lokasinya. Saya bisa kasih nanti daerahnya di mana. Setuju eggak?" sambungnya.