Suara.com - Penebangan 191 pohon di kawasan Monumen Nasional (Monas) dalam proyek revitalisasi memicu perdebatan di masyarakat.
Apalagi setelah Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengganti pohon mahoni yang ditebang dengan pohon pule atau pulai.
Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Sigit Widodo ikut menanggapi penggantian pohon mahoni tersebut.
Menurut Sigit, pohon pule yang ditanam oleh Pemprov DKI Jakarta baru-baru ini harganya lebih murah dari mahoni.
Baca Juga: Ikut Melayat ke Gus Sholah, Hotman Paris Benarkan Sudah Pindah Agama?
Hal ini disampaikan Sigit dalam cuitan yang diunggah melalui akun Twitter pribadinya, @sigitwid, Selasa (4/2/2020).
"Kalau dicek sekilas, pohon pule lebih murah dari pohon mahoni," tulis Sigit yang menunjukkan foto perbandingan harga pohon mahoni dan pule.
"Pohon pule berukuran besar bisa dibeli seharga Rp 8 juta, sedangkan Mahoni yang berukuran jauh lebih kecil, harganya Rp.12,3 juta," ungkap Sigit.
Sigit juga menyayangkan pohon mahoni yang ditebang telah berumur puluhan tahun. Menurutnya, harga kayu mahoni tersebut mencapai Rp 5 juta.
"Padahal, pohon mahoni yang ditebang sudah berumur puluhan tahun dan berukuran besar. Harga satu meter kubik kayu Mahoni itu sekitar Rp 3-5 juta, loh," kata Sigit.
Baca Juga: Rute Penerbangan Indonesia-China Ditutup, Pengiriman Kargo Tetap Jalan
Pertanyaan muncul kemudian terkait keberadaan batang kayu pohon mahoni yang ditebang.
"Jadi, masih untung lah ya, kalau pohon mahoni yang ditebang diganti pohon pule. Pertanyaannya, kayu mahoni hasil tebangan Monas sekarang di mana, Pak Anies Baswedan? Disimpan atau dijual?" tanya Sigit.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, Saefullah mengatakan bahwa kawasan Monas sudah ditanam 300 pohon.
"Sedang dikerjakan perhari Minggu sore sudah ada 300 lebih di kawasan Monas dan sekitarnya sebagai pohon pengganti," ujar Saefullah.
Lebih dari 190 pohon yang ditebang lokasinya berada di bagian selatan Monas yang akan dibuat plaza untuk upacara dan air mancur.
Namun, Saefullah meyakini ratusan pohon yang ditebang tak dijual karena tak ada nilainya.
"Enggak lah. Saya yakin enggak ada nilainya," ujar Saefullah di Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa (4/2/2020).
Menurutnya berita acara soal penebangan pohon itu ada di Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (Citata). Saefullah tidak mengetahui keberadaan kayu pohon mahoni setelah ditebang.
"Batang pohon ya saya mana tahu. Kamu lihat mahoni di mana? Kamu cek saja nggak besar kok pohonnya," jelasnya.