Menolak Dikarantina, Warga Wuhan: Lebih Baik Kami Mati di Rumah

Bangun Santoso Suara.Com
Rabu, 05 Februari 2020 | 12:16 WIB
Menolak Dikarantina, Warga Wuhan: Lebih Baik Kami Mati di Rumah
Warga di Kota Wuhan tergeletak di jalanan diduga tewas karena virus corona, foto diambil pada Kamis (30/1/2020). (Foto: AFP / Hector Retamal)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wenjung Wang adalah warga Wuhan, kota di China yang merupakan episenter wabah virus corona yang mematikan. Wang, ibu rumah tangga berusia 33 tahun, serta keluarganya bertahan di Wuhan sejak kota tersebut ditutup pada 23 Januari 2020.

Sejak saat itu, virus corona baru telah menginfeksi lebih dari 20.000 orang di seluruh dunia, mengakibatkan sedikitnya 427 orang meninggal dunia.

Dalam wawancara yang langka dari dalam Wuhan, Wang bercerita kepada BBC tentang perjuangan berat keluarganya untuk bertahan hidup.

Sejak dimulainya wabah virus corona, paman saya meninggal dunia, ayah saya sakit parah, dan ibu serta bibi saya mulai menunjukkan beberapa gejala.

Baca Juga: Waspada, Ini Daftar 25 Negara yang Positif Memiliki Kasus Virus Corona Baru

CT scan menunjukkan paru-paru mereka terinfeksi. Adik saya juga batuk-batuk dan kesulitan bernafas.

Ayah saya demam tinggi. Suhunya 39,3C kemarin dan ia terus-menerus batuk dan kesulitan bernafas. Kami membelikan beliau mesin oksigen di rumah dan ia menggunakan mesin tersebut 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

Ia minum obat-obatan China dan Barat saat ini. Tidak ada rumah sakit yang bisa ia kunjungi karena kasusnya belum dikonfirmasi karena kurangnya alat tes.

Ibu dan bibi saya berjalan kaki ke rumah sakit setiap hari dengan harapan ayah saya bisa dirawat inap meskipun mereka juga sedang tidak sehat. Tetapi tidak ada rumah sakit yang mau merawatnya.

Tidak Ada Pertolongan

Baca Juga: Virus Corona: Jepang Karantina 3.700 Orang di Kapal Pesiar

Hari Sabtu di Wuhan, keliling di jalanan yang lengang. Hari pertama Tahun Baru Imlek. (twitter.com/ylchaniago)
Hari Sabtu di Wuhan, keliling di jalanan yang lengang. Hari pertama Tahun Baru Imlek. (twitter.com/ylchaniago)

Di Wuhan, ada banyak tempat karantina untuk mengakomodasi pasien yang menunjukkan sedikit gejala atau masih dalam masa inkubasi.

Ada beberapa fasilitas sederhana dan sangat mendasar di sana. Tapi tidak ada tempat bagi orang-orang yang sakit kritis seperti ayah saya.

Paman saya bahkan meninggal dunia di salah satu tempat karantina karena tidak ada fasilitas medis bagi orang dengan gejala parah. Saya benar-benar berharap ayah saya bisa mendapatkan perawatan yang tepat tapi tidak ada yang menghubungi atau membantu kami saat ini.

Saya menemui pekerja komunitas beberapa kali, tapi tanggapan yang saya dapatkan ialah, 'tidak mungkin bagi kami untuk mendapat tempat tidur di rumah sakit'.

Awalnya kami pikir tempat karantina yang didatangi ayah dan paman saya adalah rumah sakit, tetapi ternyata itu adalah sebuah hotel.

Tidak ada perawat atau dokter dan tidak ada alat pemanas. Mereka datang pada sore hari dan staf di sana memberi mereka makan malam yang dingin pada malam itu. Paman saya sakit parah, dengan gejala pernapasan parah dan ia mulai kehilangan kesadaran.

Tidak ada dokter yang datang untuk mengobatinya. Paman dan ayahku tinggal di kamar yang terpisah dan ketika ayah pergi menemuinya pada pukul 06:30 pagi, ia sudah meninggal dunia.

Pilih Mati di Rumah Daripada Dikarantina

Para pekerja dan alat berat di lokasi pembanguan rumah sakit di Kota Wuhan, China. [Foto/AFP]
Para pekerja dan alat berat di lokasi pembanguan rumah sakit di Kota Wuhan, China. [Foto/AFP]

Rumah sakit baru yang sedang dibangun adalah untuk orang-orang yang sudah ada di rumah sakit lain saat ini. Mereka akan dipindahkan ke yang baru.

Tapi bagi orang-orang seperti kami, sekarang saja kami tidak bisa mendapatkan tempat tidur, apalagi di rumah sakit baru.

Ada banyak keluarga seperti kami di sini, semua menghadapi kesulitan yang sama. Ayah teman saya bahkan ditolak oleh staf di tempat karantina karena ia demam tinggi.

Sumber daya terbatas tapi populasi yang terinfeksi sangat besar. Kami takut, kami tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya.

Pesan Wang Kepada Dunia

Yang ingin saya katakan adalah, seandainya saya tahu mereka akan menutup kota pada 23 Januari, saya pasti akan membawa seluruh keluarga saya keluar, karena tidak ada bantuan di sini.

Jika kami berada di tempat lain, mungkin ada harapan. Saya tidak tahu apakah orang-orang seperti kami, yang mendengarkan pemerintah dan tinggal di Wuhan, membuat keputusan yang tepat atau tidak.

Tetapi saya pikir kematian paman saya telah menjawab pertanyaan itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI