Ada beberapa fasilitas sederhana dan sangat mendasar di sana. Tapi tidak ada tempat bagi orang-orang yang sakit kritis seperti ayah saya.
Paman saya bahkan meninggal dunia di salah satu tempat karantina karena tidak ada fasilitas medis bagi orang dengan gejala parah. Saya benar-benar berharap ayah saya bisa mendapatkan perawatan yang tepat tapi tidak ada yang menghubungi atau membantu kami saat ini.
Saya menemui pekerja komunitas beberapa kali, tapi tanggapan yang saya dapatkan ialah, 'tidak mungkin bagi kami untuk mendapat tempat tidur di rumah sakit'.
Awalnya kami pikir tempat karantina yang didatangi ayah dan paman saya adalah rumah sakit, tetapi ternyata itu adalah sebuah hotel.
Tidak ada perawat atau dokter dan tidak ada alat pemanas. Mereka datang pada sore hari dan staf di sana memberi mereka makan malam yang dingin pada malam itu. Paman saya sakit parah, dengan gejala pernapasan parah dan ia mulai kehilangan kesadaran.
Tidak ada dokter yang datang untuk mengobatinya. Paman dan ayahku tinggal di kamar yang terpisah dan ketika ayah pergi menemuinya pada pukul 06:30 pagi, ia sudah meninggal dunia.
Pilih Mati di Rumah Daripada Dikarantina
![Para pekerja dan alat berat di lokasi pembanguan rumah sakit di Kota Wuhan, China. [Foto/AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/01/27/46281-wuhan.jpg)
Rumah sakit baru yang sedang dibangun adalah untuk orang-orang yang sudah ada di rumah sakit lain saat ini. Mereka akan dipindahkan ke yang baru.
Tapi bagi orang-orang seperti kami, sekarang saja kami tidak bisa mendapatkan tempat tidur, apalagi di rumah sakit baru.
Baca Juga: Waspada, Ini Daftar 25 Negara yang Positif Memiliki Kasus Virus Corona Baru
Ada banyak keluarga seperti kami di sini, semua menghadapi kesulitan yang sama. Ayah teman saya bahkan ditolak oleh staf di tempat karantina karena ia demam tinggi.