Anggota legislatif Kebon Sirih itu juga sempat mengecek saluran air. Di lokasi, pihak kontraktor PT Bahana Prima Nusantara telah memasang beton di sepanjang sisi selatan Monas ini. Karena itu fungsi Monas sebagai penyerap air diragukan bisa tetap berjalan.
Prasetio kemudian menanyakannya langsung ke pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Monas soal adanya saluran air atau tidak. Petugas itu menyebut pihak kontraktor telah membuat saluran air di bawah tanah sesuai desain.
Tak percaya, Prasetio lantas meminta agar petugas menunjukan saluran air itu. Pekerja proyek langsung bekerja mencoba membuka keramik beton satu persatu.
"Tolong dibuka tuh, gua mau tahu kedalamannya (saluran air)," ujar Prasetio di lokasi.
Baca Juga: Belum Mau Lapor, Walhi Tetap Tuntut Monas Dikembalikan Seperti Semula
Namun di bagian dalamnya tidak bisa hanya dibuka dengan tenaga manusia. Akhirnya pihak UPT Monas meminta alat berat yakni ekskavator untuk membantu menarik pintu saluran air.
Setelah\ terbuka, Prasetio mengambil potongan pipa setinggi sekitar 1,5 meter. Ia memasukan pipa itu ke lubang saluran air dan mengukurnya.
Hasilnya, ia kecewa dengan kedalaman saluran itu. Menurutnya saluran yang kurang dalam itu tidak bisa menampung banyak air ketika Monas diguyur hujan deras.
“Untuk apa kayak gini? Lihat, bos, dalamnya cuma segitu, bos,” kata Prasetio.
Hal itu dikatakan Prasetio langsung kepada Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Saefullah dan Kepala Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Pertanahan DKI Heru Hermawanto.
Baca Juga: Wahli: Apa Gentingnya Pemprov DKI Revitalisasi Monas?
Saefullah lantas meminta agar seorang petugas masuk untuk memeriksa kedalaman. Saluran air itu ternyata memang hanya setinggi lututnya saja.