“Kami cari-cari si Parto. Ternyata, dia sudah hilang, ditelpon sudah tidak aktif nomornya,” ujarnya.
Beberapa tahun sebelumnya, orangtua dan dua kakak Budi juga sudah pernah menjadi korban investasi bodong dengan modus budi daya Ginseng Korea. Orang tuanya merugi hingga Rp 10 juta. Modusnya dengan investasi seharga kendaraan seperti sepeda motor atau mobil.
Ketika itu, orang tuanya setor Rp 10 juta dan mendapatkan sepeda motor baru. Dari dana yang disetor, setiap anggota mendapatkan uang setiap bulan 10 persen. Namun cuma berjalan sekitar empat bulan.
“Makin lama, perusahaan tempat investasi Ginseng Korea itu terlambat bayarnya. Setelah itu, orang dari dealer datang mengambil motor itu. Orang di kampung saya juga banyak yang kena. Kejadiannya sudah lama, kalau enggak salah tahun 2010,” katanya.
Baca Juga: Pemilik UD Sakinah Kabur Bawa Uang Tabungan 350 Warga Sempu
Tak sampai di situ, beberapa bulan lalu Budi mengungkapkan sempat ditawarkan tetangganya ikut investasi budidaya ‘semut merah atau rangrang’ yang dapat menghasilkan kroto. Kroto adalah telur dari semut rangrang yang biasa digunakan untuk pakan burung.
Modusnya adalah orang disuruh berinvestasi dengan membeli satu toples seukuran toples kerupuk yang dijual di pasar seharga Rp 15 juta.
“Jadi kita disuruh beli satu boks semut rangrang itu Rp 15 juta, nanti bulan berikutnya menjadi Rp 17 juta,” katanya.
Orang yang menawarkan untuk berinvestasi semut merah itu adalah seorang guru PNS. Namun karena sudah berpengalaman menjadi korban tipuan investasi palsu, Budi menolak.
“Dia pegawai negeri, tapi saya sudah enggak percaya. Saya bilang enggak ada uang, Pakde. Saya curiga, toplesnya enggak boleh dibuka,” tuturnya.
Baca Juga: Jadi Korban Investasi Bodong UD Sakinah, Nana Tergiur karena Tetangga Dekat
“Saya sekarang sudah kapok, enggak pengin duit. Saya cari duit yang halal saja lah.“