Suara.com - Revitalisasi Monumen Nasional (Monas) di era Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menuai polemik. Namun perdebatan seputar perbaikan di kawasan Monas bukan kali ini saja.
Pro dan kontra juga muncul dalam periode gubernur-gubernur sebelumnya terkait berbagai pembangunan dan perbaikan di kawasan Monas.
Berikut perkembangan revitalisasi Monas dari era Sutiyoso hingga Anies Baswedan yang dihimpun Suara.com pada Selasa (28/1/2020).
Sutiyoso
Baca Juga: Terungkap! Greysia / Apriyani Cs Tak Diandalkan PBSI di Indonesia Masters
Sutiyoso yang menjadi Gubnernur DKI Jakarta dari 1997-2007 ini pernah melakukan pemagaran taman di kawasan Monas Jakarta Pusat. Proyek ini bertujuan untuk menertibkan pedagang asongan dan kaki lima yang banyak ditemukan di dalam lapangan Monas.
Ia pun mendapatkan banyak protes atas kebijakan ini. Sementara pemagaran itu justru membuat Lapangan Merdeka menjadi lahan kosong dan diperebutkan oleh parkir Balai Kota dan masyarakat serta pedagang.
Selain memasang pagar keliling, Sutiyoso juga membuat ruang terbuka hijau dengan menanam berbagai pohon, perbaikan taman dan membangun pedestrian di sekitar Monas.
Era pemerintahan Fauzi Bowo lebih banyak difokuskan untuk pembangunan sarana transportasi di Jakarta. Namun pria yang menjabat sebagai Gubernur DKi Jakarta tahun 2007-2012 ini juga memperhatikan kawasan Monas.
Baca Juga: Pesan Mendalam Mendikbud Nadiem Makarim untuk Mahasiswa di Wuhan
Ia sempat marah-marah saat mengetahui kawasan Monas terlihat kumuh.
Lalu dalam beberapa hari taman Monas kembali hijau dan bersih. Bahkan Silviana Murni, Walikota Jakarta Pusat saat itu sengaja berkantor di Monas agar kondisi Monas terjaga.
Saat menjadi Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) tidak banyak melakukan perbaikan bersifat material.
Jokowi mencoba mengembalikan fungsi Pekan Raya Jakarta (PRJ) sebagai pesta rakyat dengan mengadakan beberapa festival di pelataran Monas, pada Juni 2013. Namun upaya ini dinilai sebagai "PRJ tandingan".
Pembangunan proyek kios-kios untuk pedagang di bilangan Monas terjadi di era pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Proyek itu rampung pada akhir tahun 2014.
Selain itu, Ahok juga pernah melontarkan tawaran untuk memakai kawasan lapangan Monas untuk pembangunan kereta api cepat kepada pemerintah pusat. Namun ia memilih untuk tidak ikut campur lebih banyak soal proyek tersebut.
Sebelum masa jabatan sebagai Gubernur Jakarta berakhir pada Oktober 2017, Djarot Saiful Hidayat mengoperasikan kembali air mancur menari di Monumen Nasional.
Djarot mengatakan hiburan air mancur tersebut di bawah pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Monas. Ia mengusulkan musik pengiring air mancur harus lagu daerah.
Air mancur bergoyang dulu merupakan salah satu spot favorit Monas di malam hari. Sejak tahun 2007, hiburan ini dihentikan karena mengalami kerusakan.
Anies Baswedan
Revitalisasi Monas di Era Gubernur Anies Baswedan senilai Rp 71,3 miliar memicu kontroversi karena disebut mengorbankan sekitar 190 pohon dan dikerjakan oleh kontraktor bermasalah.
Tudingan itu telah dibantah oleh Pemerintah DKI Jakarta dan kontraktor yang memenangkan tender, PT Bahana Prima Nusantara.
Sebelumnya, perawatan Monas di era Anies juga sempat dibandingkan dengan masa Ahok.
Pada era kepemimpinan Ahok, perawatan Monas tidak mengeluarkan anggaran sedikit pun. Sementara pada kepemimpinan Anies, untuk melakukan revitalisasi harus merogoh kocek anggaran mencapai Rp 150 miliar dalam APBD 2019.
Tak sampai disitu, revitalisasi Monas di era kepemimpinan Anies juga menjadi sorotan lantaran proyek tersebut dilakukan tanpa seizin Istana. Istana bereaksi meminta proyek revitalisasi tersebut dihentikan lantaran tak mengantongi izin.