Bak Zombieland, Pengakuan WNI di Wuhan saat Virus Corona Merebak

Reza Gunadha Suara.Com
Senin, 27 Januari 2020 | 18:10 WIB
Bak Zombieland, Pengakuan WNI di Wuhan saat Virus Corona Merebak
Pramesti Ardita Cahyani Cs yang kekinian berada di Wuhan China. [Suara.com/dokumentasi pribadi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wuhan, salah satu kota ramai di China, kekinian mendadak sepi, seiring kemunculan wabah virus Corona secara global. Virus itu diketahui kali pertama muncul di Wuhan. Bahkan, banyak orang menyebut Wuhan kekinian seperti Zombieland akibat sepi.

Sejumlah mahasiswa Indonesia berada di Wuhan. Kepada Suara.com via telepon, Senin (27/1/2020), mereka mengungkapkan seluruh aktivitas termasuk perkuliahan terhenti.

Pramesti Ardita Cahyani, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya yang sedang mengikuti program belajar di Wuhan mengatakan, Wuhan menjadi sepi pascamenyebarnya virus corona.

Baca Juga: Eks Intel Israel: Virus Corona Senjata Biologi yang Bocor dari Lab Wuhan

“Toko-toko tutup. Warga lebih memilih berdiam diri di dalam ruangan masing-masing,” kata Pramesti.

Para pendatang di Wuhan kebanyakan memilih pergi, pulang ke kampung halamannya masing-masing. Apalagi bertepatan dengan libur Imlek 2020, persisnya sebelum kota tersebut “dikunci” pemerintah.

“Kondisi di Wuhan juga sedang di-lockdown sebagai bentuk upaya preventif pemerinta. Supaya virusnya tidak menyebar ke mana-mana. Jadi keadaannya sepi banget," kata dia.

Pramesti sendiri mengakui, awal mengetahui virus itu menyebar setelah pemerintah setempat memberikan imauan resmi.

"Segala macam transportasi seperti MRT, bus, pesawat, kereta semuanya diberhentikan sementara. Tidak ada kendaraan dari maupun menuju Wuhan," ungkapnya.

Baca Juga: Diteror Virus Corona Wuhan, 11 Mahasiswa Indonesia Masih Bisa Bercanda Ria

Penduduk yang tinggal di Wuhan, kata Pramesti, dianjurkan untuk tetap berada dalam asrama atau rumah.

Mereka tak diperkenankan pihak otoritas untuk keluar kecuali untuk hal-hal tertentu seperti membeli kebutuhan logisik.

"Kami tak diperkenankan keluar rumah apabila bukan untuk hal-hal yang penting seperti itu. Jadi harus ada di kamar terus," kata dia.

Hampir setiap saat, kata Pramesti, terdapat inspeksi pihak otoritas ke kamar-kamar maupun rumah warga.

“Untuk memastikan logistik, pihak otoritatif juga beberapa hari sekali mengetuk untuk mempertanyakan hal itu,” kata dia.

Pramesti sendiri mengakui, sudah menimbun makanan untuk tiga sampai empat hari ke depan.

“Ada beras, mi instan, wortel, kentang.  Alhamdulillah kondisi saya sama teman-teman di sini baik," ucapnya.

Setiap kamar para mahasiswa diberi termometer untuk mengatur suhu badan. Setiap hari, mereka diharuskan melaporkan suhu badan masing-masing.

"Dari pihak kampus juga memberikan masker dan sabun cair untuk terus menjaga kami supaya baik-baik saja.”

Pramesti beserta kawan-kawannya tengah mengikuti program pertukaran pelajar dengan Central China Normal University .

Program itu sebenarnya sudah terselesaikan. Pramesti Cs dijadwalkan pulang ke Tanah Air tanggal 2 Februari 2020, sebelum akses ke maupun dari Wuhan ditutup sementara.

Kontributor : Arry Saputra

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI