Suara.com - Dosen IPB nonaktif Abdul Basith baru saja menjalani sidang perdana beragendakan dakwaan terkait tuduhan membuat bom molotov untuk menunggangi aksi demonstrasi mahasiswa pada 24 September 2019 lalu.
Sidang tersebut digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Rabu (22/1/2020). Dalam dakwaannya, Jaksa Penuntut Umum Yogi Budi Aryanto menyebut terdakwa Abdul Basith membuat bom molotov dengan sengaja dan bisa menimbulkan kebakaran.
Jaksa Yogi juga mengungkapkan kronologi atau awal mula Abdul Basith mencetuskan ide membuat bom dan menunggangi aksi demo mahasiswa itu.
Yogi menuturkan yang dilakukan Abdul tersebut bermula ketika yang bersangkutan mengundang saksi Yudi Firdian alias Ustaz Yudi alias Abu Faqih melalui WhatsApp untuk hadir dalam sebuah pertemuan di rumah Mayjend TNI (Purn) Sunarko di Ciputat, Tangerang Selatan pada 20 September 2019.
Baca Juga: Eks Dosen IPB Abdul Basith Juga Dijerat Pasal Permufakatan Jahat
Selain mengajak Yudi, Abdul juga turut mengundang beberapa orang lainnya.
Dalam pertemuan itu, kata jaksa, mereka membahas soal relawan yang hendak turun ke jalan untuk menjalankan aksi demonstrasi di depan gedung DPR RI. Sunarko didampingi Laksda (Purn) Soni Santoso menyampaikan rencana pendomplengan demonstrasi mahasiswa supaya terjadi kerusuhan.
Setelah berbincang, lahirlah sebuah kesepakatan yakni akan menunggangi demonstrasi mahasiswa yang digelar pada 24 September 2019 agar rencana menimbulkan kerusuhan terwujud.
Kemudian sehari setelah pertemuan, Yudi memiliki ide untuk membuat bom molotov yang dilemparkan pada aksi demonstrasi mahasiswa. Ide itu disampaikannya kepada Abdul Basith melalui WhatsApp.
"Pak Prof bagaimana kalau saya buat mainan?" demikian pesan Yudi kepada Abdul Basith sebagaimana dibacakan Jaksa dalam dakwaannya.
Baca Juga: Jaksa Ungkap Kronologi Eks Dosen IPB Tunggangi Aksi Demo Mahasiswa
"Ya sudah buat saja, dananya minta ke Dr. Efi," jawab Abdul dalam pesan WhatsApp.
Istilah mainan itu belakangan diketahui sebagai kata ganti untuk bom molotov.