Suara.com - Polda Metro Jaya meringkus enam orang tersangka kasus perdagangan sekaligus ekspolitasi anak di bawah umur. Mereka adalah R alias Mami Atun, T alias Mami Tuti, D alias Febi, TW, A, dan E.
Keenam tersangka menjalankan bisnis esek-esek di sebuah kafe di Jalan Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta Utara. Sebanyak 10 anak dengan rentan usia 14 sampai 18 tahun menjadi korban setelah dipaksa menjajakan tubuhnya kepada pria hidung belang.
Kabag Bin Opsnal Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Pujiyarto menyebut, setiap korban dipaksa melayani 10 pria hidung belang dalam sehari. Jika permitaan menolak, maka komplotan yang dikomadoi duet Mami Atun dan Mami Tuti akan mendenda para korban.
"Para pelaku sangat sadis karena setiap korban mereka harus melakukan perbuatan itu sehari minimal sepuluh kali, dan apabila tidak mencapai itu, para korban didenda," katanya di Polda Metro Jaya, Selasa (21/1/2020).
Baca Juga: Sudah Bolos Kerja, Pejabat Kominfo Mangkir Panggilan Kasus Mesum di Mal
Denda yang diterapkan oleh mami alias mucikari prostitusi itu, yakni sebesar Rp 50 ribu, jika para PSK belia ini tak bisa melayani berahi 10 pelanggannya per hari. Denda tersebut dipotong dari upah yang korban terima setiap dua bulan.
Parahnya, para tersangka juga melarang korban untuk menstruasi. Keberlangsungan biologis yang berlangsung secara alami tersebut dilarang dengan berbagai macam cara.
"Tidak adanya menstruasi, menstruasi pun harus bisa dibuat tidak mens bagaimanapun caranya," kata Pujianto.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Balai Kementerian Sosial (Kemensos) Neneng Heriyani mengatakan, sejumlah korban mengalami luka pada alat vitalnya. Untuk itu, Kemensos akan melakukan pemeriksaan secara intensif terhadap seluruh korban.
"Ada indikasi beberapa anak terkena infeksi di bagian alat kelaminnya, kami segera lakukan pemeriksaan kesehatan," ucap Neneng.
Baca Juga: Istri Pasang Badan ke Polisi, PNS Kominfo yang Mesum di Mal Tak Dibui
Sebelumnya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus menyebut, keenam tersangka dicokok pada Senin (13/1/2020) lalu. Keenam tersangka memunyai peran masing-masing dalam menjalankan bisnis tersebut.