Manipulasi Harapan
SOSIOLOG Universitas Indonesia, Rissalwan Habdy Lubis menilai, salah satu faktor yang menyebabkan warga menjadi pengikut kelompok KAS itu adalah mencari alternatif harapan di tengah situasi kehidupan serba melarat.
Situasi ekonomi dan sosial masyarakat di akar rumput yang kesulitan, membuat warga mudah terpengaruh iming-iming mesianik.
"Ini bukan proses tiba-tiba. Prosesnya pasti panjang, saya yakin bisa bulanan bahkan bisa tahunan. Dia bisa mulai dari keluarga, dari istri, anak, kemudian teman anaknya, tetangganya," kata Rissalwan, Selasa (14/1/2020).
Baca Juga: Harry dan Meghan Resmi Mundur dari Kerajaan, Ini Pernyataan Resmi Istana
Totok yang meminta dipanggil sebagai ‘Sinuwun’ dan istrinya ‘Kanjeng Ratu’ kepada para pengikutnya mengklaim, KAS adalah kekaisaran dunia dan merupakan penerus Kerajaan Majapahit.
Kelompok bentukan Totok mulai menjadi pembicaraan setelah mereka menggelar ‘wilujengan’ dan kirab budaya.
Proses politik dan ekonomi mungkin berpengaruh terhadap masyarakat yang berada di akar rumput dan membuat mereka mencari harapan di tempat lain.
"Di bawah ini mereka mencari alternatif-alternatif lain dan itu suatu hal yang wajar. Jadi itu bercampur baur dengan orang yang mungkin punya keyakinan bahwa dia punya akses supranatural tertentu," kata dia.
Selain itu, pendiri Kerajaan Agung Sejagat juga mencampur konteks sejarah dan budaya sebagai bungkus untuk menarik pengikut.
Baca Juga: Viral, Penampakkan Lokasi Kerajaan Agung Sejagat
Persisnya, bisa dikatakan, mereka menggunakan keagungan sejarah untuk menipu masyarakat yang masih berada dalam sistem sosial feodal ataupun setengah feodal.