Politisi Demokrat: Ada yang Janggal Soal Posisi Harun Masiku Saat OTT KPK

Sabtu, 18 Januari 2020 | 14:54 WIB
Politisi Demokrat: Ada yang Janggal Soal Posisi Harun Masiku Saat OTT KPK
Harun Masiku. [dokumentasi demokrasi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Politikus Partai Demokrat Jansen Sitindaon menilai ada yang janggal dari apa yang disampaikan Kementerian Hukum Dan HAM maupun Direktorat Jenderal Imigrasi terkait keberadaan kader sekaligus Caleg PDI Perjuangan Harun Masiku yang disebut masih berada di Singapura.

Harun Masiku merupakan tersangka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dijerat dalam kasus suap kepada eks Komisoner KPU, Wahyu Setiawan. Di mana, Wahyu bersama delapan orang lainnya terjaring OTT pada Rabu (8/1/2020).

Kejanggalan itu disampaikan Jansen, melalui akun twitternya @jansen_jsp. Menurut dia, ketika dirinya membaca koran Tempo, bahwa kecurigaan Harun Masiku berada di Singapura turut dipertanyakan.

Ia menyebut bahwa Harun telah kembali ke Jakarta sehari sebelum OTT terhadap Wahyu. Harun kembali ke Indonesia pada 7 Januari 2020 menggunakan pesawat Batik Air.

Baca Juga: Ketua KPK Yakin Tersangka Kasus Suap Harun Masiku akan Kembali ke Indonesia

"Saya sudah baca @korantempo hari ini. Skandal besar ini jika terbukti: "ketika OTT, Harun sudah ada di Indonesia bukan di singapura." Layak menkumham diberhentikan. Membuktikan tulisan Tempo ini gampang sekali, buka saja manifest @batikAirINA ID 7156 cek nama harun masiku disana," cuit Jansen, Sabtu (18/1/2020).

Menurut Harun, untuk membuktikan investigasi yang dilakukan koran Tempo pun, Kemenkumham melalui Direktorat Jenderal Imigrasi, dapat membuka CCTV Bandara Soekarno Hatta.

"Untuk membuktikan7 Januari, Harun sudah di Indonesia selain manifest penumpang, CCTV bandara Cengkareng juga dibuka! Biar sekalian jelas terlihat mukanya Harun. Karena @korantempo dalam investigasinya ini detail sekali menulis dari baju, warna celana, bahkan sampai sepatu yang dipakai harun," ungkap Jansen.

Selain itu, Jansen juga berharap pihak Batik Air pun membantu KPK dengan memberikan manifest penumpang bila benar ada nama Harun Masiku dalam pesawat Batik Air.

"Untuk kasus ini saya berharap @batikAirINA membuka manifes penumpang ID 7156 yang terbang dari Changi Singapura tanggal 7 Januari. Agar soal ini terang benderang. Jangan hal ini simpel kita buat rumit. Soal hilangnya KTP saya di batik kita tutup buku, tapi tolong soal manifes Harun ini dibuka," kata Jansen.

Baca Juga: Menkumham Yasonna Janji Tak Intervensi Kasus Korupsi Harun Masiku

Sebagaimana ditulis di Koran Tempo, Harun terbang dari Singapura menumpang pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan ID 7156. Pesawat dengan nomor registrasi PK-LAW ini terbang pada pukul 16.35 waktu setempat dari Gate A16 Bandara Changi, dengan mengangkut 118 penumpang.

Ada tiga penumpang yang menempati kelas bisnis-atau di penerbangan Batik Air disebut "C Class"-termasuk Harun Masiku. Ia duduk di kursi nomor 3C. Dua penumpang lainnya di kelas itu duduk di kursi nomor 2A dan 2D.

Pesawat yang membawa Harun mendarat di Cengkareng pada pukul 17.03 WIB. Para penumpang turun dari pesawat melalui Terminal 2F. Menurut keterangan beberapa saksi mata, karena duduk di kelas bisnis, Harun melenggang cepat meninggalkan pesawat, tujuh menit kemudian.

Harun mengenakan kaus lengan panjang biru tua, celana hitam, serta sepatu sport yang juga berwarna hitam. Ia terlihat menenteng tas ukuran laptop dan tas plastik belanja, kemungkinan besar hasil belanjaan di bandara.

Beberapa belas menit kemudian, ia dihampiri seorang pria berpakaian Bea-Cukai. Menurut seorang yang melihat, lelaki yang perawakannya lebih pendek dari Harun ini menemaninya melintasi pos pemeriksaan Imigrasi Bandara.

Saksi ini tidak menyaksikan Harun melalui pemeriksaan manual petugas. Diperkirakan Harun menggunakan jalur khusus paspor elektronik. Pria berseragam terus menemani Harun melewati area pengambilan bagasi.

"Terlihat mereka berhenti dan berbincang sambil berdiri di sana," kata seorang saksi.

Pria berseragam terus menemani Harun melewati pemeriksaan Bea Cukai, hingga kemudian meninggalkan area kedatangan menuju tempat antrean taksi. Ia memesan taksi Silver Bird, Toyota Alphard. Saksi menyatakan tidak memperhatikan pelat nomor taksi itu.

Sesaat sebelum Harun memasuki taksi, seseorang berbaju petugas pendukung Lion Air-maskapai yang satu grup dengan Batik-datang mendorong troli mengangkut koper. Koper itu kemudian dimasukkan ke taksi Harun.

Saksi yang sama menambahkan, pria berseragam terus menunggu hingga taksi Harun beranjak pergi.

"Harun membuka jendela dan melambaikan tangan kepada pria berseragam itu," ujarnya.

Informasi lain menyebutkan, Harun kemudian menuju salah satu hotel di pusat Kota Jakarta. Esok harinya, seperti ditulis majalah Tempo, Harun dijemput koleganya, Nurhasan, untuk kemudian diantarkan ke kompleks Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jalan Tirtayasa Nomor 6, Jakarta Selatan.

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto juga ada kemungkinan berada di area yang disebut-sebut merupakan tempat tinggal seorang petinggi intelijen itu.

Beberapa saat sebelumnya, KPK menangkap Wahyu di dalam pesawat di Bandara Soekarno Hatta, sebelum ia terbang menuju Belitung. Petugas komisi antikorupsi juga menangkap Saeful Bachri, Donny Tri Istiqomah, dan Agustiani Tio Fridelina yang ditengarai terlibat penyuapan Wahyu. Penyogokan ini, menurut KPK, berhubungan dengan upaya Harun untuk menjadi anggota DPR RI.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI