Akibat kebakaran, Rofiq sekarang harus pindah ke pulau Tasmania dengan bekerja sebagai pemetik buah cherry untuk dua atau tiga minggu ke depan.
"Menurut saya pribadi, sepertinya ada kemungkinan susah mendapat kerja di perkebunan ke depannya, karena banyak lahan terbakar," ujar pria berusia 30 tahun tersebut.
Galang Dana
Rasa iba terhadap bencana kebakaran hutan muncul di kalangan para pemuda peserta WHV, karena merasa Australia sudah seperti "rumah kedua".
Baca Juga: Ilmuwan Iklim Ingatkan Kebakaran di Australia Bisa Menjadi Musibah Tahunan
Seperti yang dijelaskan Adhi Sappareng, admin grup WHV Indonesia di Facebook, yang memprakarsai penggalangan dana untuk korban bencana kebakaran.
Dengan nama 'WHV Indonesia Care Day for Australia as Second Home', peserta WHV telah berhasil menggalang dana lebih dari AU$ 1.000 dari 34 penyumbang, hingga tulisan ini diterbitkan,
"(Saya menggalang dana) karena Australia sudah menjadi rumah kedua buat saya dan saya yakin juga buat sebagian di antara anak WHV lainnya," kata Adhi, asal Makassar.
"Kita sudah mencari uang di sini untuk masa depan, untuk kita dan untuk keluarga. Jadi sebagai bentuk terima kasih, kami menyumbang seikhlasnya."
Hasil penggalangan dana kemudian akan disalurkan lewat dua yayasan The Trustee for NSW Rural Fire Service and Brigades Donations Fund.
Baca Juga: Buat Terharu, Kelompok Hijabers Ini Masak untuk Petugas Kebakaran Australia
Adhi bersama teman-teman terdekatnya juga memberikan sumbangan, seperti sereal, makanan ringan, dan air minum kepada 'Foodbank Australia', salah satu yayasan terbesar di Australia yang menolong warga kelaparan.