Pengalaman yang sangat menyedihkan juga dialami oleh Sri Wahyu Indrayanti, warga Jalan Simo Katrungan Baru, Kelurahan Petemon, Kecamatan Sawahan, Surabaya. Sekitar tahun 2000-an, hujan turun sejak sore hingga malam, sehingga banjir pun tak terhindarkan. Malam itu, dia bersama keluarganya harus gotong royong mengangkut lemari, kulkas, kipas, televisi dan berbagai perabotan rumah tangga supaya tidak terkena air.
Saat itu, hujan tak kunjung reda dan banjir pun semakin meninggi. Akhirnya, lewat tengah malam, dia bersama keluarganya terpaksa mengungsi di rumah tetangganya yang baru dibangun dan belum ditinggali karena jendela-jendelanya belum selesai.
“Kami terpaksa tidur di rumah tetangga yang rumahnya masih tahap pembangunan. Kedinginan, sedih, kecewa campur aduk menjadi satu. Itu tidak akan pernah saya lupakan sepanjang hidup saya,” kata Sri, mengisahkan pengalaman kebanjiran.
Bagi Sri, pengalaman itu menjadi kisah kelam yang hanya bisa dikenang. Kini, ia sangat bersyukur sudah tidak lagi kebanjiran setelah banyak pembangunan box culvert dan saluran di daerahnya. Ia juga merasa pembangunan yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya benar-benar dirasakan oleh warga.
Baca Juga: Giliran Keponakan Mahfud MD Mau Gantikan Wali Kota Surabaya Risma
“Sekarang kalau hujan deras banget, baru ada genangan sedikit di sekitar rumah saya. Genangan itu surut berbarengan dengan hujan reda. Bersyukur bangetlah pokoknya,” kata dia.
Selama masa kepemimpinan Wali Kota Risma, skema penanganan banjir mulai dari perhitungan dan perencanaannya dimatangkan di tengah-tengah keterbatasan dana. Perbaikan di berbagai sektor pun digarap secara paralel, mulai dari mengganti pompa-pompa lama menjadi baru, membangun saluran baru, membangun pompa air hingga membangun tanggul di tepi laut.
Kepala Dinas PU Bina Marga dan Pematusan, Erna Purnawati mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan Pemkot Surabaya untuk mengantisipasi banjir. Bahkan, antisipasi itu terus dilakukan hingga saat ini tanpa henti.