Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD menyebutkan kegiatan terorisme saat ini semakin canggih. Pendanaan terorisme saat ini cukup transfer via smartphone atau telepon pintar.
Hal itu dikatakan Mahfud MD saat ditemui usai menunaikan Saalat Jumat di Kantor Kemenko Polhukam, Jumat (10/1/2020). Dia baru saja juga bertemu dengan Direktur Jenderal Penanggulangan Terorisme Pemerintah Jepang Shigenobu Fukumoto.
"Transfer uangnya sudah melalui handphone kaya gini, 'smartphone'. Jadi, sudah digital," katanya.
Dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius ikut mendampingi Menko Polhukam. Kalau dulu pendanaannya masih secara konvensional melalui bank sehingga memudahkan aparat penegak hukum untuk melacak aliran dana untuk kegiatan terorisme.
Baca Juga: Mahfud MD: Terorisme 2019 Menurun, Potensinya Masih Ada Tahun 2020
Namun dengan pola seperti sekarang membuat aliran dananya susah terlacak, apalagi disebar ke berbagai orang sebagai penerima dana sebelum dikumpulkan kembali.
"Sekarang, 'jret' gitu sudah sampai ke yang bersangkutan, dan itu disamarkan dan dibagi. Misalnya, di Indonesia ada yang nerima 100 orang dibagi-bagi, dikumpulkan. Itu dioperasikan untuk beli senjata merakit senjata, dan sebagainya," katanya.
Selain itu, Mahfud juga mengkhawatirkan semakin canggihnya terorisme karena lebih banyak melibatkan kaum perempuan dan anak-anak.
Ia mencontohkan warga negara Indonesia yang terindikasi terlibat terorisme yang masih berada di Suriah, atau sering disebut FTF (Foreign Terrorist Fighter).
"Coba yang ada di Suriah itu ada 187 orang kita di sana yang diduga bergabung dengan teroris. Sebanyak 31 orang itu laki-laki, sisanya itu perempuan dan anak-anak," kata Mahfud.
Baca Juga: Antisipasi Terorisme Jelang Nataru, Polda DIY Kerjasama dengan Densus 88
Mahfud MD bertemu dengan Direktur Jenderal Penanggulangan Terorisme Jepang Shigenobu Fukumoto membahas rencana kerja sama penanggulangan terorisme. Dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat, Kepala Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Alius Suhardi ikut mendampingi Menko Polhukam.
Mahfud menjelaskan pertemuan itu membahas rencana kerja sama pemberantasan terorisme dan langkah deradikalisasi yang akan dilakukan kedua negara. Diakui Mahfud, Jepang juga khawatir terhadap ancaman terorisme, apalagi sekarang terorisme lebih canggih.
"Jadi, banyak, ya, yang akan kita kerja samakan. Bahkan, akan ada forum (semacam) tim bersama yang akan membicarakan terorisme dan pengamanan kawasan," ujarnya.
Hanya saja, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu mengatakan pembahasan kerja sama dengan Jepang itu baru awal dan masih bersifat umum.
"Belum, itu kan baru prinsipnya. Nanti dari Kemenko Polhukam berapa orang, dari sana berapa," kata Mahfud, saat ditanya formatur tim bersama tersebut.
Mahfud menyebutkan hasil pembahasan dari pertemuan kedua negara tersebut kemungkinan sudah bisa direalisasikan secara konkret pada tahun ini. (Antara)