Suara.com - Anggota DPD RI DKI Jakarta, Fahira Idris, menyindir pihak-pihak yang membenci alias haters Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Alasannya: banyak serangan kepada Anies yang dinilai tidak berbobot dan menjurus ke fitnah.
Fahira Idris menyarankan agar para haters Anies agar tidak sering melakukan 'gol bunuh diri' karena bisa kehabisan energi. Sebab, katanya, perjalanan menuju pemilihan presiden 2024 masih panjang.
“Saran saya (untuk haters Anies) jangan sering gol bunuh diri, nanti kehabisan energi karena perjalanan menuju 2024 masih panjang. Namun kalau memang tujuan menyerang Anies untuk memuaskan rasa benci Anda, silahkan saja terus serang secara sporadis, tidak perlu verifikasi kebenaran sebuah isu. Serangan Anda akan tetap jadi bahan lelucon warganet,” sindir Fahira Idris dalam pernyataan yang diterima Suara.com di Jakarta, Kamis (9/1/2019).
Fahira yang juga pegiat media sosial ini mengungkapkan, semakin intensifnya serangan terhadap Anies terutama pasca Pemilu 2019 tidak dapat dilepaskan progres kemajuan pembangunan kesejahteraan dan infrastruktur fisik di Jakarta serta deretan prestasi yang diraih Pemprov DKI Jakarta.
Baca Juga: Antisipasi Cuaca Ekstrem di Jakarta, Anies Siapkan Pompa Mobile di Pesisir
Berbagai capaian inilah, kata dia, yang mesti di-counter dengan informasi-informasi menyesatkan soal kepemimpinan Anies dengan tujuan agar media sosial dan perbincangan publik dipenuhi narasi bahwa Jakarta mengalami kemunduran.
Selain itu juga, imbuh dia, karena kekhawatiran mereka terhadap Anies sebagai kandidat paling potensial pada Pilpres 2024 mendatang.
“Mereka kesulitan cari celah isu yang bisa dijadikan amunisi untuk menyerang. Namun di sisi lain mereka juga ditargetkan harus ada serangan. Makanya tidak heran, isu yang mereka jadikan peluru bukan hanya tidak valid dan keliru sehingga berbalik ke mereka sendiri. Dan anehnya ini terjadi berulang-ulang bahkan ikut diciutkan akun-akun yang dikenal publik pemiliknya,” tutur Fahira.
Menurut Fahira, kinerja Pemprov DKI dan Anies sebagai gubernur perlu terus dikritisi. Kritik tentunya mesti berbobot. Syarat kritik yang berbobot cuma satu: paham obyek yang dikritik memang tanggung jawab Pemprov DKI dan gubernur.
“Bedakan wilayah Bekasi, Tangerang dan DKI saja tidak mampu. Siapa pengelola Kawasan GBK dan Jembatan Utan Kemayoran saja tidak paham. Bagaimana mau mau kritik apalagi menyerang. Belum lagi hobbi mereka menampilkan berita lama, foto lama, dan data lama (sebelum Anies jadi gubernur) untuk menggambarkan kondisi Jakarta sekarang dengan tujuan mendegradasi yang ujung-ujungnya jadi ajang gol bunuh diri,” kata Fahira.
Baca Juga: Gubernur Anies Baswedan Sebut Sodetan Ciliwung Telah Masuk Tahap Appraisal