Menag Fachrul Razi: Kereta Mekah yang Bangun China, Islam Tak Anti Aseng

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 08 Januari 2020 | 15:45 WIB
Menag Fachrul Razi: Kereta Mekah yang Bangun China, Islam Tak Anti Aseng
Menteri Agama Fachrul Razi seusai menemui Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (26/12/2019). [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Agama Fachrul Razi menegaskan, Islam dan pemeluknya tidak anti melakukan kerja sama dengan aseng yang merujuk pada China.

"Islam anti-aseng itu pemikiran yang salah," kata Menag Fachrul di hadapan hadirin Rapat Pleno ke-47 Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia di Jakarta, Rabu (8/1/2020).

Sebagai informasi, kata 'aseng' sudah banyak digunakan untuk menyebut etnis China di Indonesia.

Warga Tionghoa yang berada di Indonesia kerap disebut dengan 'aseng' oleh warga Indonesia.

Baca Juga: Singgung SARA, Megawati: Aseng, Ahok, Badu Kalau Sudah WNI Boleh Didukung

Ia mencontohkan, Arab Saudi kini menjalin sejumlah kemitraan strategis dengan China untuk membangun infrastruktur di negara itu tanpa meninggalkan identitas ke-Islamannya.

Fachrul mengatakan China dan tenaga kerjanya menjadi aktor utama agar fasilitas kereta cepat buatan Rusia relasi Madinah-Jeddah-Mekkah dapat dibangun.
Kemudian, kata dia, kereta Arafah-Muzdalifah-Mina juga kontraktornya adalah China.

Menag menengarai persoalan tenaga kerja dan kontraktor China yang menggarap infrastruktur di Saudi tidak menjadi persoalan.

"Bedanya di sana tidak banyak pengangguran sehingga dikerjakan pekerja China," katanya.

Saudi, kata dia, kini sudah mulai berbenah menuju alam keterbukaan sementara sejumlah masyarakat Indonesia menginginkan seluk beluk kehidupan layaknya di Timur Tengah.

Baca Juga: Luhut: Kita Masih Asik Ngomong Asing-Aseng, China Sudah Kemana-mana

Ia mempertanyakan pihak yang menginginkan penerapan konservatisme di Indonesia layaknya di Timur Tengah.

Menurut dia, era Timur Tengah mana sejatinya yang diinginkan itu apakah masa kini atau masa lalu.

"Bioskop di Aceh dihancurkan. Di Saudi kini punya dua. Perempuan di sana menyetir bebas. Saudi terbuka penampilan dengan musik dan orkestra. Tidak ada khutbah tanpa persetujuan pemerintah," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI