Enam Hari Usai Banjir, Jumlah Pengungsi di Jakarta Mencapai 697 Jiwa

Selasa, 07 Januari 2020 | 10:56 WIB
Enam Hari Usai Banjir, Jumlah Pengungsi di Jakarta Mencapai 697 Jiwa
Kerja bakti usai banjir Jakarta. (Suara.com/M Yasir)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengungkapkan usai dilanda banjir, jumlah pengungsi banjir Jakarta tercatat mencapai 697 jiwa. Jumlah itu berkurang dari hari sebelumnya yakni 824 jiwa.

Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD DKI Jakarta, M. Ridwan mengatakan, berdasar data per hari Selasa ini pukul 06.00 WIB, pengungsi banjir Jakarta sebanyak 697 jiwa dan tersebar di tujuh lokasi pengungsian.

Tujuh lokasi pengungsian itu di antaranya di Jakarta Barat lima posko, Jakarta Selatan satu posko dan Jakarta Timur satu posko.

"Jumlah 174 kepala keluarga dengan total pengungsi 697 jiwa," kata Ridwan kepada wartawan, Selasa (7/1/2020).

Baca Juga: Jakarta Bisa Tiru Teknologi Abad ke-11 Belanda untuk Atasi Banjir

Sementara itu, Ridwan menyebut saat ini hanya ada satu kelurahan yang masih terdampak banjir. Lokasi tersebut terletak di RW 1, RW 3 dan RW 7 Kelurahan Semanan, Kalideres, Jakarta Barat.

"Ketinggian air berkisar 10 cm hingga 40 cm," katanya.

Sebelumnya, Dinas Sumber Daya Air Pemprov DKI Jakarta menambah dua unit pompa air di Kelurahan Semanan, Kalideres, Jakarta Barat. Penambahan dua unit pompa air tersebut menyusul adanya genangan air sisa banjir yang tak kunjung surut.

Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA), Juaini Yusuf mengatakan, sebelumnya terdapat empat unit pompa air di Kelurahan Semanan. Sehingga, total sebanyak enam unit pompa telah disiagakan di Kelurahan Semanan.

"Jadi kami tambah dua unit (hari ini)," kata Juaini di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin (6/1) kemarin.

Baca Juga: Gugat Anies, Ratusan Korban Banjir Jakarta Layangkan Gugatan Class Action

Juaini mengungkapkan bahwa genangan air sisa banjir di Kelurahan Semanan tak kunjung surut lantaran dataran daerah tersebut berbentuk cekungan. Bahkan, Juaini menganalogikannya seperti cekungan mangkok.

"Seperti mangkok, itu kan harus disedot. Kalau ngikutin gravitasi nggak mungkin, air jalan sendiri. Ini harus dibuang, jadi disedot," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI