Suara.com - Reynhard Sinaga mahasiswa S3 asal Indonesia diancam hukuman seumur hidup atas dakwaan 159 kasus pemerkosaan dan serangan seksual terhadap 48 korban yang seluruhnya pria.
Kasus pemerkosaan ini menjadi berita yang sangat mengejutkan bagi keluarga Reynhard Sinaga di Indonesia. Mereka tidak tahu sama sekali sebelumnya.
Disadur dari Dailymail, Selasa (7/1/2020) Hakim Suzanne Goddard QC juga mengungkapkan bahwa keluarga Reynhard yang datang ke persidangan tidak tahu apa-apa tentang kasus pemerkosaan terbesar di Inggris itu.
Ibu dan saudara perempuan Reynhard sering datang ke persidangan. Sementara ayah Reynhard menolak berkomentar tentang kasus ini.
Baca Juga: Berita Duka, Ibunda Vino G Bastian Meninggal Dunia
Kehidupan Sinaga di Inggris sebagai mahasiswa abadi ini didanai oleh uang yang dikirim ayahnya, seorang pengusaha properti.
Reynhard enggan kembali ke Indonesia karena orang tuanya tidak mengetahui bahwa dia seorang gay. Mereka ingin Sinaga menikah dan menetap di Indonesia
"Ayahnya adalah orang yang sangat kaya. Mereka memiliki rumah besar di pusat kota Jakarta. Dia akan menyombongkan pelayan, supir, segala macam," ujar seorang temannya.
Reynhard memiliki adik perempuan dan laki-laki. Ia memilih menutupi homoseksualitasnya saat pulang ke Indonesia. Ia mengaku akan berpenampilan yang lebih konservatif saat mengunjungi keluarga di tanah kelahirannya.
"Kesan saya adalah bahwa keluarga mengetahui dia (Sinaga) tidak normal tetapi dia tidak pernah memberi tahu mereka bahwa dia gay," ujar teman Sinaga.
Baca Juga: Hadiri Perayaan Natal PNS, Gubernur DIY Sri Sultan HB X Bicarakan Toleransi
Untuk diketahui, Sinaga dihukum karena 159 serangan, termasuk 136 pemerkosaan, delapan percobaan perkosaan dan 15 serangan tidak senonoh terhadap 48 korban. Empat uji coba perkosaan diadakan selama 18 bulan.
Polisi menemukan rekaman video terkait penyerangan Sinaga kepada 195 pria yang berbeda, dimana 70 di antaranya belum dilacak. Pihak berwajib yakin angka ini bisa lebih tinggi.
Sebab video-video yang ditemukan polisi berasal dari 2015 hingga 2017. Padahal Sinaga datang ke Inggris pada 2007.
Sumber mengatakan: "Apa yang dia lakukan pada tahun-tahun berikutnya tidak diketahui dan mungkin ada lebih banyak korban."