Suara.com - Jenderal perang Iran Qassem Soleimani tewas akibat serangan roket Amerika Serikat di Bandara International Baghdad, Irak pada Jumat (3/1/2020) pagi waktu setempat. Kematian Soleimani meninggalkan duka yang mendalam bagi warga Iran.
Bendera merah dikibarkan di tanah Iran pascatewasnya Soleimani. Pengibaran bendera tersebut dilakukan di Masjid Jamkaran, sebuah situs ziarah Syiah yang berada di Kota Qom, Sabtu (4/1/2020), sekaligus disiarkan secara langsung di seluruh stasiun televisi setempat.
Momen ini menjadi sorotan dunia lantaran menjadi yang pertama kalinya sepanjang sejarah di Masjid Jamkaran.
Lantas, apa makna dari pengibaran bendera tersebut?
Baca Juga: Masuki 2020, Perempuan Tertua di Dunia Injak Usia 117 Tahun
Dialihbahasakan dari CNN International, Senin (6/1/2020), pengibaran bendera merah dianggap sebagai seruan untuk menuntut kematian Imam Hussein, cucu Nabi Muhammad yang tewas terbunuh dalam pertempuran berdarah di Karbala. Hussein dikenal sebagai tokoh sentral Syiah.
Senada dengan hal itu, pengibaran bendera merah di Masjid Jamkaran, Iran merupakan bentuk perlawanan dari warga Iran terhadap Amerika Serikat. Mereka melawan ketidakadilan yang dilakukan AS atas kematian Qassem Soleimani.
Sementara itu, disadur dari Indian Times, bendera merah dalam tradisi Syiah dilambangkan sebagai pertumpahan darah yang dilakukan secara tidak adil.
Bendera tersebut berfungsi sebagai panggilan untuk membalas orang yang telah melakukan pembunuhan. Dalam hal ini, Iran menyerukan aksi balas dendam kepada AS atas kematian Soleimani.
Untuk diketahui, tewasnya Soleimani dalam serangan udara militer AS, dikonfirmasi Pentagon sebagai langkah yang dilakukan atas arahan Presiden AS Donald Trump. Selain Soleimani, komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis juga terbunuh dalam serangan itu.
Baca Juga: Suami Peluk Erat Jenazah Ria Irawan Sebelum Dimasukkan ke Liang Lahat
"AS dan Israel adalah musuh yang bertanggung jawab atas pembunuhan mujahidin Abu Mahdi al Muhandis dan Qassem Soleimani," kata juru bicara kelompok payung Pasukan Mobilisasi Populer, Ahmed al Assadi seperti dikutip dari Reuters.