Coast Guard China Kawal Nelayannya di Natuna dan 4 Berita Populer Lain

Senin, 06 Januari 2020 | 09:06 WIB
Coast Guard China Kawal Nelayannya di Natuna dan 4 Berita Populer Lain
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I Laksamana Madya TNI Yudo Margono. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kapal berbendera China yang menangkap ikan di perairan Natuna, Kepulauan Riau diangap melanggar zona ekonomi eksklusif (ZEE). TNI menemukan fakta baru bahwa coast guard China mengawal kapal tersebut.

Sementara itu, sikap Prabowo dianggap tidak tegas dalam menyikapi pelanggaran kapal China.

Berikut 5 berita populer yang dihimpun Suara.com pada Minggu (5/1/2020).

1. TNI Sebut Nelayan China Tangkap Ikan Didampingi Coast Guard Tiongkok

Baca Juga: Pasca Banjir, Kampung Melayu Baru Bisa Bersih 7 Hari Lagi

Laut Natuna (Antara)
Laut Natuna (Antara)

Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I Laksamana Madya TNI Yudo Margono menyebutkan aktivitas kapal nelayan China menangkap ikan dengan menggunakan pukat harimau di laut Natuna, Kepulauan Riau didampingi dua kapal penjaga pantai (coast guard) dan satu pengawas perikanan China.

Hal itu berdasarkan pantauan udara TNI. Yudo Margono mengemukakan, pukat harimau di Indonesia dilarang oleh pemerintah melalui peraturan menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2015.

Baca selengkapnya

2. Prabowo Pilih Langkah Damai dengan China Soal Natuna, Jubir Beri Penjelasan

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. [Suara.com/M Yasir]
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. [Suara.com/M Yasir]

Ucapan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto yang memilih langkah damai dan bersahabat untuk menyelesaikan pelanggaran Pemerintah China di perairan Natuna menuai kritik. Juru bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak menerangkan yang dimaksud Prabowo itu sesuai dengan prinsip diplomasi dan pertahanan.

Baca Juga: Takut Banjir Susulan, Warga Kampung Pulo Memilih Tinggal di Pengungsian

Dahnil menjelaskan prinsip diplomasi yang dimaksud ialah seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak. Sedangkan prinsip pertahanan itu yakni defensif bukan ofensif. Dalam pemikiran Prabowo, setiap penyelesaian masalah itu selalu mengedepankan dua prinsip tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI