Menelusuri Katedral Bawah Tanah, Pelindung Jepang dari Banjir

Sabtu, 04 Januari 2020 | 13:50 WIB
Menelusuri Katedral Bawah Tanah, Pelindung Jepang dari Banjir
Shibuya Cross, Tokyo. (pixabay.com/spencerwing)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tantangan Perubahan Iklim

Teknologi canggih katedral air banjir dan saluran ini meskipun digadang-gadang dapat menyelamatkan Jepang dari banjir, namun Inaoka mengakui bahwa perubahan pola curah hujan akan menjadi tantangan besar bagi infrastruktur ini.

Badan Meteorologi Jepang mengatakan, ada perubahan curah hujan di Jepang selama abad ke-21 ini. Curah hujan meningkat 10%, dan dapat menjadi 19% saat musim penghujan.

"Sayangnya, tindakan pengendalian banjir dalam visi perubahan iklim belum ditetapkan di Jepang," kata Tsuchiya, direktur Japan Riverfront Research Center.

Baca Juga: Banjir Jakarta 2020: Jalan Tol Ikut Tergenang, Begini Kata Pengamat

Ilustrasi banjir [shuterstock]
Ilustrasi banjir [shuterstock]

Pada tahun 2018, tambah Tsuciya, hujan lebat di Jepang Barat menewaskan ratusan orang dan menyebabkan jutaan kerusakan ekonomi ketika sungai meluap dan meluap. Jika banjir terjadi di Tokyo, kota itu akan hancur.

Di Singapura, Cecilia Tortajada dan para ahli lainnya sedang berupaya bagaimana melindungi negara-kota dari naiknya air di tahun-tahun mendatang.

Otoritas Bangunan dan Konstruksi (BCA) setempat baru-baru ini melakukan penelitian untuk menginformasikan kerangka kerja nasional untuk perlindungan pantai dan langkah-langkah baru diperkenalkan setiap tahun.

Saat ini dan di masa mendatang, Tokyo akan menjadi pusat perhatian. Para ahli akan meneliti dan mengukur seberapa baik dan teknologi katedral dan saluran perisai banjir Jepang dapat bertahan dari hujan topan dan hujan musim panas. 

Baca Juga: Menteri Luhut Sebut China dan Jepang Bakal Dilibatkan Desain Ibu Kota Baru

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI