Menelusuri Katedral Bawah Tanah, Pelindung Jepang dari Banjir

Sabtu, 04 Januari 2020 | 13:50 WIB
Menelusuri Katedral Bawah Tanah, Pelindung Jepang dari Banjir
Shibuya Cross, Tokyo. (pixabay.com/spencerwing)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menilik kembali ke belakang, Tokyo yang terletak di dataran yang dilintasi oleh lima sistem sungai deras dan puluhan sungai individual yang dapat membengkak secara alami setiap musim, mengakibatkan Ibu kota Jepang ini dulunya menjadi sasaran empuk bencana banjir.

Dilansir Suara.com dari Laman BBC.com, dalam beberapa dekade terakhir, ibu kota Jepang telah menyempurnakan seni mengatasi hujan tifonik dan aliran-airan sungai yang deras pembawa banjir dengan teknologi katedral bawah tanah ini.

Dijelaskan lebih lanjut, katedral yang tersembunyi 22 meter di bawah tanah yang memiliki sistem terowongan sepanjang 6,3 km dan ruang silinder yang menjulang,  super besar. 

Cecilia Tortajada, Ahli Kebijakan Air dari Institut Kebijakan Publik Lee Kuan Yew, mengingat kembali bagaimana ketika ia memasuki area katedral atau waduk yang memiliki puluhan pilar seberat 500 ton dengan kuatnya menopang langit-langit waduk, membuat anda akan merasa sangat kecil.

Baca Juga: Banjir Jakarta 2020: Jalan Tol Ikut Tergenang, Begini Kata Pengamat

Ilustrasi Katedral Bawah Tanah. (pixabay.com/sunpics)
Ilustrasi Katedral Bawah Tanah. (pixabay.com/sunpics)

Katedral yang rampung pembuatannya pada tahun 2006, setelah dikerjakan selama 13 tahun ini lah yang melindungi Tokyo Utara dari banjir, dan merupakan bagian dari Saluran Pembuangan Bawah Tanah Metropolitan (MAOUDC).

Saluran Pembuangan Bawah Tanah Luar Kota Metropolitan (MAOUDC) senilai USD 2 miliar dan katedral air banjir adalah salah satu prestasi rekayasa paling mengesankan di ibu kota, sekaligus menjadi fasilitas air banjir pengalihan terbesar di dunia.

Bekerja dengan cara mengisap air dari sungai kecil dan menengah di Tokyo Utara, kemudian memindahkannya ke Sungai Edo yang lebih besar.

Di dalamnya, terdapat tangki-tangki yang saling terhubung melalui jaringan terowongan. Masing-masing tangki ini dikatakan cukup besar untuk menampung pesawat ulang-alik atau Patung Liberty.

Saluran pembuangan ini terhubung ke 13.000 pompa tenaga kuda yang siap melepaskan air dari Selat. Jika pompa menyala, Hanya perlu dua hingga tiga detik untuk mengosongkan kolam, karena mereka dapat mendorong 200 ton air per detik.

Baca Juga: Menteri Luhut Sebut China dan Jepang Bakal Dilibatkan Desain Ibu Kota Baru

Inaoka dari Kapan Internatioanl Corporate Agency (JICA) menyebut, saluran dan katedral ini seperti fasilitas fiksi ilmiah, yang dikerjakan oleh para ahli dari seluruh dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI