Suara.com - Banjir setinggi sekitar 3 meter membuat warga Cipinang Melayu kelimpungan akan nasib dan harta benda mereka. Pasalnya air yang menggenang di kediaman mereka hingga menyentuh genting rumah yang kebanyakan hanya berlantai satu.
Sehingga otomatis perabotan rumah tangga, pakaian hingga benda berharga lainnya ikut hanyut terbawa arus, meski sebagian masih ada yang bisa diselamatkan. Contohnya yang dilakukan oleh Legiyah (59), ia merupakan satu dari 926 pengungsi korban banjir yang berada di Masjid di Universitas Borobudur, Jakarta Timur.
Berbeda dengan kebanyakan pengungsi lain yang menghabiskan waktu untuk beristirahat di dalam Masjid, Legiyah justru berada di luar mencari sinar matahari. Sebabnya, ia hendak menjemur dan mengeringkan salah satu benda berharga usai banjir, yakni ijazah SMA milik Hartono, anak Legiyah.
Terlihat sesekali Legiyah mengibas-ibaskan lembaran ijazah milik Hartono dengan tujuan agar cepat kering. Ijazah itu sendiri kondisinya sudah kotor terkena lumpur, pinggirannya bahkan sudah ada yang sobek.
Baca Juga: Jakarta Banjir, SPBU Shell Dekat Studio Indosiar Justru Terbakar
"Ini tadi baru emak ambil pas banjir udah surut. Ada di dalam tas di dalam kamar, untungnya pintu kamar ditutup jadi gak hanyut ini," ujar Legiyah, Kamis (2/12/2019).
Beruntung lagi, kata Legiyah, surat-surat berharga semisal surat tanah tengah ia urus di kantor kelurahan. Sehingga tidak ikut basah saat banjir.
Bagi Legiyah sendiri, ijazah milik anak bungsu dari tiga bersaudara itu sangat berharga sebagai modal untuk melamar pekerjaan lagi nantinya.
"Kalau kakaknya kan yang dua sudah pada nikah, tinggal dia aja yang belum. Siapa tahu nanti buat melamar pekerjaan lagi atau lainnya jadi memang emak sengaja keringkan, nanti mau sekalian dilaminating," kata Legiyah.
Legiyah menuturkan, banjir yang melanda di dua RW, RW 3 dan RW 4 di Kelurahan Cipinang Melayu pada awal Januari 2020 merupakan yang terparah, bahkan lebih parah dari banjir tahun 2007. Bila banjir tahunan hanya setinggi sekitar pinggang orang dewasa, banjir kemarin mencapai 3 meter.
Baca Juga: Mengungsi Gegara Banjir, Traveloka Berikan Diskon Hotel
Legiyah yang kebetulan usai berkumpul bersama ketiga anak dan cucunya pada saat malam pergantian tahun, terkejut saat mendapati rumahnya mulai dimasuki genangan air pada pukul 03.00 WIB dini hari dan mencapai atap rumah pada waktu subuh. Menurut Legiyah, sebelumnya meski hujan melanda pada sore hingga malam, namun tidak sampai membuat banjir.
"Sudah gitu baru emak minta tolong sama anak, dia kan bisa berenang, emak minta dia buat cari pertolongan. Soalnya emak sama anak dan cucu udah di atas genting udah kedinginan," kata Legiyah.
Setelah berjam-jam menahan dingin, baru pada sekitar pukul 10.00 WIB tim SAR dengan perahu karet datang untuk mengevakuasi Legiyah dan keluarga.
"Pas naik ke perahu juga kaki emak sudah gak bisa gerak karena lemes kan dari malam belum makan ditambah dingin," tandasnya.
Diketahui ada sekitar 926 pengungsi yang tinggal sementara di Masjid di Universitas Borobudur, Jakarta Timur, dengan keberadaan pengungsi ibu hamil 8 orang, balita 114 orang, dan lansia 51 orang. Mereka merupakan warga dari 13 RT di RW 3 dan RW 4 Kelurahan Cipinang Melayu.