Suara.com - Inayah Wulandari Wahid, anak bungsu Abdurrahman Wahid menceritakan kembali perjuangannya mencari darah untuk ayahnya sesaat sebelum meninggal.
Cerita ini disampaikan Inayah dalam cuitan yang diunggah ke akun Twitter pribadinya @inayawahid pada Senin (30/12/2019).
"Hari ini 10 tahun lalu. Masih inget betul rasanya menggos-menggos kehabisan nafas karena lari-lari setelah berjam-jam nyari darah buat Bapak yang lagi di ruang tindakan. Gak sadar kalau usaha nyari darah itu bakal sia-sia karena ternyata saat sampai di ruang tindakan bapak udah gak ada #10thGusdurberpulang" tulis Inayah.
Ia pun masih ingat saat itu adalah hari ketujuh untuk menemani Gus Dur yang dirawat di RSCM.
Baca Juga: PDIP Punya Empat Strategi untuk Pilkada 2020, Gibran Masuk Skenario?
"Hepi karena Bapak hari itu mau pulang, tapi bilangnya pulang ke rumahmu...gak ngeh kalau Mu-nya pake kapital," ungkapnya.
Selama menemani Gus Dur di rumah sakit, Inayah sempat merasakan sepi. Lantaran orang yang dulu punya kepentingan dengan ayahnya tidak memperlihatkan diri lagi.
"Karena banyak orang-orang yang dulu dateng kalau pas butuh Bapak, terutama secara politis, pas Bapak sakit gak pernah nongol lagi," katanya.
Namun rasa sepi yang dirasakannya dengan cepat hilang saat banyak orang mulai membanjiri rumah sakit dan kediaman keluarganya setelah Gus Dur dinyatakan meninggal.
Anak keempat Gus Dur ini berkata, "Terkaget-kaget setelah Presiden secara resmi menyatakan Bapak wafat di TV, dalam waktu kurang dari 30 menit, RS & rumah banjir orang-orang yang ingin menunjukan penghormatan & rasa cinta mereka ke Bapak. Rasa sepi hilang sudah. Banyak sekali yang cinta Bapak."
Baca Juga: Dukung Pariwisata DIY, Bandara di Bawah AP I Akan Kental Nuansa Kedaerahan
Sepuluh tahun setelah Gus Dur meninggal ternyata masih banyak orang yang mencintainya. Inayah merasakan sendiri hal tersebut saat peringatan haul Gus Dur ke-10, Sabtu (28/12/2019).