Suara.com - Pengungsi Palestina yang membangun tenda di depan rumah Prabowo Subianto mengaku kerampokan ratusan miliar rupiah. Kisah sial itu menjadi awal mula penyebab akhirnya satu keluarga itu terlantar di Indonesia.
Mereka mendirikan tenda di atas mobil pick up persis di depan rumah Prabowo di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Selasa (31/12/2019), Suara.com menemui satu keluarga asal Palestina yang terdiri dari tujuh orang tersebut. Dari tujuh anggota keluarga asal Palestina itu, hanya Fatimah Az-Zahra (11) yang mahir berbahasa Indonesia.
Suara.com pun coba mewawancarai Omar (43) ayah Fatimah. Dibantu oleh putri sulung Omar suara.com pun coba mempertanyakan asal mula mereka tinggal di Indonesia. Mereka mengaku telah mendirikan tenda tersebut sejak sembilan bulan terkahir.
Fatimah menceritakan bahwa keluarganya sempat mengalami musibah sesaat tiba di Indonesia. Ketika itu, kata Fatimah, ayahnya yang membawa perbekalan harta berupa uang senilai Rp 277 miliar dan sejumlah emas dicuri oleh orang tak dikenal.
Baca Juga: Anak Warga Palestina di Depan Rumah Prabowo: Ayah Saya Mujahid
"Ayah membawa itu semua untuk membuka pabrik peralatan elektronik di Indonesia. Kita juga membawa emas sangat banyak, ya buat kita perempuan karena ayah anaknya empat perempuan," ujarnya.
"Pas kita mau turun dari kapal laut kita kecurian waktu itu. Jadi mamah diancam pakai pisau, mamah dan adikku mau dibunuh atau hartanya diserahkan," sambungnya.
Fatimah mengaku tidak mengetahui persis dimana lokasi saat harta keluarga mereka itu dicuri. Fatimah hanya mengingat bahwa lokasi pulau tersebut setidaknya berjarak tempuh sekitar 6 jam dari Jakarta.
"Dari Rp 277 miliar dia ngasih cuma Rp 500 ribu Indonesia," ungkapnya.
Setibanya di Jakarta, Fathimah mengatakan keluarganya pun sempat melaporkan kejadian tersebut kepada Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi atau UNHCR. Sekaligus, kata Fatimah mendaftar diri sebagai pengungsi dari Palestina.
Baca Juga: Keluarga Pencari Suaka Asal Palestina Hidup di Tenda Depan Rumah Prabowo
"Di UNHCR kita sudah bilang dan menceritakan. Setelah itu kita menjadi pengungsi di Indonesia, pengungsi baru mendaftar," katanya.