"Kami minta Gubernur untuk memastikan hak warga dalam beribadah," ujar Ketua Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Taufan mengatakan, Komnas HAM melalui kantor perwakilan Padang telah beberapa kali mengirim surat ke kepala daerah setempat untuk mengupayakan dialog dalam menyelesaikan permasalahan itu. Namun, belum berhasil juga. Tak hanya itu, ia juga meminta pihak kepolisian untuk melindungi warga yang ingin beribadah.
"Kami sudah minta kepala daerah dan kepolisian untuk memberikan izin dan melindungi umat Kristen yang akan beribadah. Kemarin juga sudah minta gubernur ambil tindakan," tegasnya.
***
Baca Juga: Toleransi Natal, Santri Pesantren Main Rebana di Gereja Mater Dei Semarang
Sapri menuturkan, larangan beribadah dan merayakan Natal bagi Umat Kristiani tersebut merupakan sebuah pelanggaran berat. Ia meminta pemerintah pusat untuk turun langsung menyelesaikannya secara tegas. Kasus itu tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
Dia heran kenapa kasus itu bisa terjadi, pasalnya kultur masyarakat minang kabau lebih terbuka atas keberagaman. Ia menilai, pelarangan ibadah dan perayaan Natal itu ulah sekelompok masyarakat yang terprovokasi. Menurutnya hal itu adalah ancaman serius bagi bangsa dan negara ini.
“Itu ancaman bagi kebhinekaan Indonesia, karena itu kita harus melawan dengan cara-cara yang intelektual, lebih beradab. Sebab kita di Indoensia ini kan lebih penuh adab, penuh toleransi, jadi jangan dilawan dengan kekerasan.”
Sapri berpandangan, tindakan intoleransi dan diskriminatif tersebut tak lepas dari campur tangan pihak-pihak yang sengaja menyebarkan ideologi konservatif. Padahal, ideologi atau paham-paham yang konservatif itu tidak relevan bagi bangsa Indonesia saat ini. Paham-paham konservatif itu kini mulai berkembang dan diterima di sejumlah kalangan masyarakat.
“Saya tidak tahu betul apa penyebabnya, saya rasa dari rumah, lingkungan keluarga tidak berfungsi secara baik. Makanya kita harus bekerja keras untuk memperbaiki semua ini, tentunya dengan cara-cara kampanye, edukasi,” kata pria lulusan Universitas Al-Azhar, Mesir.
Warga Ahmadiyah yang ikut rombongan di Gereja St Theresia Parindrati W Ardhini menambahkan, kegiatan memberikan ucapan Selamat Natal kepada Umat Kristiani merupakan bagian dari mewujudkan sila-sila Pancasila. Selain itu, mewujudkan hidup bertoleransi antar sesama dengan perbedaan agama. Dengan menghargai perbedaan itu tentu akan hadir kedamaian.
Baca Juga: Indahnya Toleransi, Gereja Ini Sediakan Musala Bagi Petugas yang Berjaga
“Kita mencoba menerapkan kelima Pancasila. Nomor satunya kan ketuhanan, jadi bagaimana kita saling menghargai perbedaan itu,” ujar dia.