"Pandangannya kosong meskipun sudah mau sedikit demi sedikit makan makanan bervitamin tinggi. Kemudian beberapa hari selanjutnya dokter mengatakan bahwa itu bukan gejala sakit fisik, melainkan kucing mempunyai psikis juga yang bisa merasakan kesedihan dan kehilangan," ucap Fadhil.
Saat diperiksakan kembali, tubuh Rambo dinyatakan tidak sakit dan pencernaannya normal. Keluarga Fadhil kemudian memutuskan untuk mengajak Rambo ke makam ayahnya.
"Ketika sesampainya di makam almarhum ayah saya, si rambo hanya terduduk diam sambil memandangi sekeliling. Kemudian dia berjalan sendiri dengan mata sayu nya menuju batu nisan ayah saya, dan mulai terduduk diam selama kami semua membacakan doa bersama," kata Fadhil.
Kucing ini tidak segera beranjak pergi setelah Fadhil dan keluarganya selesai berdoa. Pandangan Rambo hanya tertuju ke arah batu nisan dan sesekali menyandarkan badannya di sana.
Baca Juga: Merapi Belum Aman, Akhmadi Peringatkan Wisatawan Tak Mendaki di Tahun Baru
Fadhil melanjutkan, "Kami semua hanya menyaksikan momen tersebut sembari mengabadikan momen Rambo".
Setelah dari makam itu, Rambo baru mau mulai makan dan dehidrasinya berangsur pulih.
Kejadian ini membuat Fadhil paham bahwa hewan yang setia kepada majikan ternyata mempunyai perasaan yang sama dengan manusia.