Iis membesarkan Afan selama 1,5 tahun di ruangan ini, yang seringkali dimandikan dengan air dingin.
Menurutnya jumlah bayi di dalam tahanan tidak sebanding dengan termos yang disediakan lapas, belum lagi harus disisakan untuk membuat susu.
"Kalau [mandi] pagi masih bisa pakai air panas, karena ada jatah air panas baru di termos, tapi kalau sore, pasti [mandi] air dingin karena air yang di termos untuk membuat susu dari sore sampai malam," kata perempuan berusia 31 tahun ini.
Iis mengaku seringkali berbagi cerita atau sekedar bertanya soal tip mengasuh anak kepada teman-teman napi yang sudah lebih dulu menjadi ibu.
Baca Juga: Napi Perempuan Kabur, Beredar Isu Dibawa ke Losmen, Jaksa: Masih Diperiksa
Teman sesama napi bagi Iis sudah seperti keluarga, karena mereka juga menunjukkan kepedulian terhadap Afan.
Tapi Iis mengaku kebutuhan untuk anaknya selama di tahanan sebagian besar ia penuhi sendiri, tanpa mengandalkan pemberian Lapas.
"Sewaktu dalam penjara, saya menghabiskan sekitar 1 juta per bulan untuk berbagai kebutuhan anak, seperti popok dan makanan."
"Saya bilang, napi (perempuan) butuh lebih banyak donatur untuk menyumbangkan susu hamil dan susu formula untuk bayi," katanya.
Anak rentan alami kekerasan
Baca Juga: Selundupkan Barang ke Napi, Perempuan Ini Sembunyikan Ponsel di Kerudung
IIS hanyalah satu dari banyak perempuan di Indonesia yang pernah menjalani kehamilan di dalam bui.