Merawat Kerukunan Umat Beragama Kampung Tugu Lewat Musik Keroncong

Selasa, 24 Desember 2019 | 18:49 WIB
Merawat Kerukunan Umat Beragama Kampung Tugu Lewat Musik Keroncong
Persiapan misa natal di Gereja tertua di Indonesia, yakni Gereja Tugu di Kampung Tugu, Semper, Jakarta Utara. (Suara.com/Novian)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Persiapan misa natal di Gereja tertua di Indonesia, yakni Gereja Tugu di Kampung Tugu, Semper, Jakarta Utara. (Suara.com/Novian)
Persiapan misa natal di Gereja tertua di Indonesia, yakni Gereja Tugu di Kampung Tugu, Semper, Jakarta Utara. (Suara.com/Novian)

Alfons mengungkapkan, sisi lain dari musik keroncong tugu di Gereja Tugu adalah para pemusiknya yang tidak hanya beragama Kristen, namun ada juga mereka yang beragama Islam. Dari hal itulah, toleransi hadir dalam sebuah tradisi turun temurun.

"Tadi mengenai keroncong, personel keroncong itu juga bukan semuanya orang Kristen ada Cafrinho (kelompok keroncong tugu) itu banyak orang muslim Betawi-Betawi aslinya banyak. Tetapi, ketika mengiringi lagu-lagu rohani untuk ibadah, mereka mengiringi tanpa memandang agama apa segala macam itu gak ada, jstru itu salah satu toleransi kerukunan antarumat beragama," jelas Alfons.

Hadirnya toleransi antara muslim dan kristiani, lanjut Alfons, tidak hanya dalam berkesenian musik. Dalam kehidupan sehari-hari kedua umat beragama itupun tetap berdampingan dan saling membantu satu sama lain. Kerukunan itu, kata dia, bisa ada lantaran telah dipupuk oleh para nenek moyang mereka sejak lama.

Alfons bercerita, pada masa kolonial terdahulu, persaudaraan antarumat beragama di Kampung Tugu sudah terjalin. Mereka saling melindungi satu sama lainnya dari pihak lain yang mencoba mengintervensi atau menyerang Kampung Tugu.

Baca Juga: Jelang Malam Natal, Gegana Sterilisasi Gereja Katedral

"Dulu ketika ada pemberontakan-pemberontakan untuk menghancurkan gereja ini, yang jaga, yang maju di depan di barisan terdepan itu jawara-jawara orang Betawi yang notabenenya muslim. Saat pemberontakan Cina terus pemberontak yang ada di Cilincing yang ingin menghancurkan, ya yang terdepan yang menjaga orang Betawi dan keturunannya masih ada sampai sekarang," tutur Alfons.

Sementara itu, generasi ke-4 pewaris keroncong tugu sekaligus pemimpin kelompok Keroncong Tugu Cafrinho, Guido Quiko mengemukakan, memang dalam bermusik dirinya beserta anggota kelompok Cafrinho tidak pernah membicarakan agama.

Mereka justru saling merangkul demi melestarikan musik peninggalan kakek buyut mereka yang keturunan Portugis. Guido bahkan menjelaskan, seluruh unsur mulai dari budaya, orang per orang hingga apa saja yang berada di Kampung Tugu termasuk Gereja Tugu memiliki keterkaitan atau hubungan satu dengan yang lain dan tidak terpisahkan.

"Apapun di Tugu ini gak bisa dilepasin baik itu kuliner, kesenian apalagi masyarakatnya. Sekarang kita sudah mulai bercampur karena banyak juga saudara-saudara kita yang memeluk agama muslim karena dia dapeet jodohnya mungkin begitu," ujar Guido ditemui di kediamannya di Kampung Tugu.

"Tapi bukan berarti mereka muslim enggak boleh mereka ajak, enggak. Malah kita rangkul karena apa? Karena kita enggak bicara agama di Tugu ini kita sama sekali enggak ngomongin agama. Kita cenderung kepada bagaimana kita ini hidup sebagai saudara satu darah. Banyak saudara-saudara kita yang muslim ikut bantu datang acara kebaktian."

Baca Juga: 316 Gereja Dapat Pengamanan Khusus, Ditinjau Langsung Kapolri dan Panglima

Ia mengungkapkan, banyak dari anggota kelompok Keroncong Tugu Cafrinho yang beragama Islam, namun tetap tidak masalah ketika ikut mengiringi musik untuk ibadah umat kristiani di Gereja Tugu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI