Suara.com - Umat Kristiani di Jalur Gaza, Palestina, serta sekelompok Muslim yang hidup dengan difabel ingin agar saudara mereka tetap merasakan kebahagiaan saat Natal.
Baru akhir pekan lalu (22/12/2019), umat Kristen di Jalur Gaza akhirnya diperbolehkan oleh Pemerintah Israel untuk pergi merayakan Natal di Bethlehem dan Yerusalem, tapi tetap harus mendapatkan izin dari pihak otoritas.
Tahun ini proses pengajuan untuk merayakan Natal di dua kota suci tersebut semakin sulit, seperti dilaporkan sejumlah kantor berita di Israel.
Jumlah umat Kristen di Gaza tidak sampai seribu orang, dan hanya satu dari lima orang yang permohonannya dikabulkan.
Baca Juga: Masih Ada Larangan Ibadah Natal, Politisi Demokrat Minta Jokowi Bertindak
Selebihnya, mereka hanya bisa merayakan Natal di Gaza dengan suasana seadanya dan pastinya berbeda dengan di kota-kota lain.
Karenanya, agar mereka tetap bisa merasakan suasana dan kebahagiaan saat merayakan Natal, sebuah yayasan Palestina mencoba membantu mereka membuat hiasan Natal.
Kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia, Atfaluna Society for Deaf Children (ASDC) menjelaskan pembuatan dekorasi Natal sudah mereka lakukan selama bertahun-tahun.
Saat ini Atfaluna yang bermarkas di Jalur Gaza memiliki 65 pekerja tunarungu yang merancang dan membuat hiasan Natal dengan tangan mereka sendiri.
"Awalnya adalah hiasan unta dan kaos kaki dan kini sudah berkembang menjadi hiasan Natal yang jenisnya terus bertambah setiap tahun," ujar Ghada Abushahla, Project Officer dari Atfaluna.
Baca Juga: Menjelang Natal, Sejumlah Jalan Ibukota Lengang
Hiasan Natal produksi mereka kini bahkan sudah menjadi popular dan berhasil dijual ke luar negeri.