Soal Intoleransi, Bos Charta Politika ke Jokowi: Bapak Bukan Menteri PUPR

Selasa, 24 Desember 2019 | 13:06 WIB
Soal Intoleransi, Bos Charta Politika ke Jokowi: Bapak Bukan Menteri PUPR
Direktur Eksekutif Charta Politika yunarto Wijaya (Twitter)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menyindir Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait maraknya isu intoleransi di Indonesia. Yunarto menilai selama ini Jokowi tak banyak bicara mengenai masalah itu lewat media sosial.

Tak sekadar isu toleransi, ada sejumlah persoalan lain yang disebut Yunarto luput dari perhatian Jokowi, seperti masalah penegakan hukum dan sikap Indonesia dalam menghadapi isu internasional.

Peryataan tersebut disampaikan Yunarto melalui cuitan yang dibagikan di jejaring Twitter pribadinya @yunartowijaya. Ia berhadap kedepannya, Jokowi lebih sering menunjukkan sikap terkait sejumlah persoalan tersebut.

"Berharap akun @jokowi mulai sering ngetwit juga tentang sikap pemerintah dalam hal toleransi beragama, penegakan hukum, sikap Indonesia terhadap isu hub internasional, budaya...," tulis Yunarto seperti dikutip dari Suara.com, Selasa (23/12/2019).

Baca Juga: Libur Nataru, Jip Lava Tour Merapi Siap Goyang Turis Yogyakarta

Tak cukup sampai di situ, Yunarto lalu memberikan sindiran kepada Jokowi. Ia menyebut, Jokowi bukan Menteri PUPR yang fokus mengurus masalah infrastruktur.

"Bapak kan bukan dipilih jadi Menteri PUPR,” imbuhnya.

Cuitan Yunarto Wijaya yang menyindir Jokowi. (Twitter/@yunartowijaya)
Cuitan Yunarto Wijaya yang menyindir Jokowi. (Twitter/@yunartowijaya)

Untuk diketahui, Yunarto sebelumnya turut angkat bicara mengenai larangan merayakan natal bersama di Dharmasraya dan Sijunjung, Sumatera Barat.

Yunarto memberikan sindiran telak kepada Menteri Agama Fachrul Razi yang menyebut larangan tersebut merupakan kesepakatan bersama.

Ia mengibaratkan Fachrul Razi sebagai seorang pelari marathon yang unggul di awal perlombaan namun menunjukkan penurunan di sisa perjalanan.

Baca Juga: PBNU: Pelarangan Ibadah Sama dengan Pelanggaran Konstitusi

"Kalau diibaratkan pelari marathon, bapak ini langsung lari sekencang-kencangnya di 1 kilometer awal. Sisanya jalan cepat, mungkin duduk, semoga saja nggak malah jalan mundur ke garis start," tulis Yunarto, Senin (23/12).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI