Suara.com - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyangkal memiliki kekerabatan dengan mantan Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Hary Prasetyo hingga bisa direkrut sebagai jajarannya.
Menanggapi isu yang beredar, Moeldoko mengaku baru mengenal Hary saat bekerja di KSP.
"Isu Pak Hary itu mantu saya, ada ponakan, adalah bapaknya dulu pernah bos saya, enggak-enggak. Saya baru kenal pak hari itu di KSP ini. Kan disini dalam mencari SDM terbuka," ujar Moeldoko di Gedung Bina Graha, Kantor Staf Presiden, Jakarta, Senin (23/12/2019).
Pernyataan Moeldoko merespons soal adanya keterlibatan mantan Direksi Jiwasraya dalam kasus dugaan korupsi senilai Rp 13,7 triliun. Terkait skandal ini, nama Hary dikabarkan menjadi salah satu direksi terlibat saat mengambil keputusan dalam pengelolaan investasi Jiwasraya.
Baca Juga: Pengamat: Hati-hati Selamatkan Jiwasraya
Hary sendiri pernah menjabat sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian III bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-Isu Ekonomi Strategis di Kantor Staf Presiden.
Moeldoko mengaku merekrut Hary seusai bekerja dari Jiwasraya. Ketika itu, KSP menilai Hary memiliki rekam jejak yang positif saat bekerja di Jiwasraya.
"Jadi saya ingin jelaskan pak Hari ini kami rekrut setelah beliau keluar dari Jiwasraya. Pada saat beliau di Jiwasraya itu, memiliki berbagai catatan positif bagaimana mengubah wajah Jiwasraya itu. Sehingga yang bersangkutan (Hary) bisa diangkat di sini. Jadi jangan salah menganalisa dulu," ucap dia.
Tak hanya itu, Moeldoko menuturkan saat kasus Jiwasraya yang gagal bayar mencuat, pihaknya tak merekrut kembali Hari untuk bergabung di Kantor Staf Presiden periode 2019-2024.
"Mulai ada nama pak Hari terlibat dalam urusan itu maka pada saat itulah kita berketetapan tak lagi merekrut yang bersangkutan untuk melanjutkan pada periode KSP kedua. Sehingga pada saat kami bubarkan itu pak Hary sudah selesai tidak ada lagi dimasukan untuk rekrut kedua. Bahkan daftarpun enggak," kata Moeldoko.
Baca Juga: Skandal Jiwasraya, Jokowi Restui Bentuk Holding Asuransi
Mantan Panglima TNI ini pun mengakui, kurang ketat saat menyeleksi orang-orang di KSP di periode pertamanya memimpin lembaga tersebut.