Gibran Maju Pilkada Solo, Perludem: Wajar Dituding Praktik Dinasti Politik

Minggu, 22 Desember 2019 | 15:35 WIB
Gibran Maju Pilkada Solo, Perludem: Wajar Dituding Praktik Dinasti Politik
Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini dalam Diskusi 'Jokowi Langgengkan Politik Dinasti?' di Kawasan Wahid Hasyim Jakarta pada Minggu (22/12/2019). [Suara.com/M Yasir]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menilai wajar, jika majunya putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) Gibran Rakabuming Raka sebagai calon Wali Kota Solo dinilai sebagai praktik dinasti politik.

Apalagi, jika Gibran maju tanpa mengikuti mekanisme internal yang umum berlaku pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Hal itu dikatakan Titi dalam diskusi bertajuk 'Jokowi Langgengkan Politik Dinasti?' di Kawasan Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta Pusat pada Minggu (22/12/2019). Menurut Titi, tudingan Jokowi membangun dinasti politik wajar, jika PDIP nantinya memutuskan mengusung Gibran yang merupakan kader baru hanya berdasar akan elektabilitas tanpa memperhatikan mekanisme internal partai.

"Tetapi, kemudian kalau dia (Gibran) mengesampingkan dan menggeser mekanisme yang bekerja di partai, tidak salah kalau kemudian publik beranggapan bahwa ada dinasti politik yang ingin dibangun," kata Titi.

Baca Juga: PDIP: Jokowi Bodoh Kalau Pertaruhkan Reputasi Demi Si Bobby dan Si Gibran

Berkenaan dengan itu, Titi mengungkapkan praktik politik dinasti di Indonesia kerap dibungkus melalui prosedur parpol. Hanya saja, mekanisme yang dilalui itu sebatas kamuflase tanpa mengedepankan politik yang setara dan adil bagi semua kader.

"Di sinilah tantangan partai sebagai institusi demokrasi, apakah dia akan tunduk pada program organisasi, apakah ada pertimbangan yang sifatnya pragmatis," ujarnya.

Sementara itu, Politikus PDIP Maruar Sirait mengatakan, kekinian partainya belum memutuskan sosok yang akan diusung sebagai Calon Wali Kota Solo di Pilkada 2020. Maruarar hanya meminta, Gibran dapat menerima pahit atau manisnya keputusan akhir PDIP.

"Gibran sebagai kader, dia mengikuti proses dan harus siap menerima yang manis dan pahit dari berpolitik dan dari partai. Karena, enggak mungkin semua yang manis, kalau kita terima yang pahit kemudia kita pergi," kata Maruarar.

Menurut Maruarar, kesetiaan Gibran kepada partai akan diuji tatkala PDIP mengumumkan keputusan terkait sosok yang akan diusung sebagai calon Wali Kota Solo. Dia berharap, Gibran pun bisa menerima apa yang menjadi keputusan akhir partai dan tetap setia dengan PDIP.

Baca Juga: Ali Ngabalin Tanya soal Gibran Ikut Pilkada, Jokowi: Sono Tanya Sono

"Kita harus siap menerima yang pahit dan manis, dan disitu diuji kesetian kita dalam berpartai dan berideologi," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI