Demam Babi Afrika Teror Indonesia, 30 Ribu Babi di Sumut Mati

Sabtu, 21 Desember 2019 | 12:39 WIB
Demam Babi Afrika Teror Indonesia, 30 Ribu Babi di Sumut Mati
Bangkai Babi yang Ditemukan di Pinggir Jalan Pemukiman Warga. [Medanheadlines.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Edy saat ini masih mempelajari penetapan wabah ASF di Sumut. Namun, mantan ketua PSSI ini menyebut konsekuensi atas surat keputusan tentang wabah demam babi Afrika pada beberapa daerah di Sumut adalah dengan memusnahkan seluruh babi. Menurutnya, apabila babi-babi yang ada di Sumut akan dimusnahkan, rakyat yang memelihara hewan ternak tersebut tidak boleh dirugikan. Ganti rugi harus diberikan terhadap masyarakat apabila babi-babi milik mereka dimusnahkan. Tercatat ada 1.229.000 ekor babi di Sumut.

"Rakyat ini juga harus tahu, jangan dengan demikian nanti menjadikan hal-hal yang tidak baik, terus dimasukkan babi-babi dari mana-mana, hanya sekadar untuk mengambil ganti rugi ini. Tapi saya yakin rakyat kita tidak demikian, ini adalah musibah untuk kita," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Rumah Makan Babi Panggang Karo Kota Medan, Darna Tarigan mengatakan virus ASF yang mewabah di Sumut juga mempengaruhi ekonomi para pelaku usaha daging babi. Kata Darna, banyak pengusaha rumah makan babi yang mengeluh lantaran penurunan omzet akibat wabah ASF.

"Itu sudah pasti mempengaruhi penurunan omzet sampai 70 persen. Pasarnya sepi jadi menumpuk di peternakan babi itu. Jadi mengonsumsi daging babi ini masih diragukan oleh pelanggan gara-gara isu ada yang mengatakan bahaya. Ada juga yang bilang tidak bahaya, sudah diperiksa di laboratorium itu daging (babi) tidak masalah," ujarnya saat dihubungi VOA.

Baca Juga: Jelang Natal Babi di Jerman Menggugat ke Pengadilan

Kementerian Pertanian dalam pernyataan resmi yang diunggah di laman resminya mengatakan ASF adalah penyakit pada babi yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada hewan ternak tersebut hingga 100 persen sehingga bisa mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Virus ASF sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap disinfektan. ASF tidak berbahaya bagi manusia dan bukan masalah kesehatan masyarakat. ASF bukan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (zoonosis), jadi produk babi dipastikan tetap aman untuk konsumsi.

Untuk babi yang terkena penyakit ASF, isolasi hewan sakit dan peralatan serta dilakukan pengosongan kandang selama dua bulan. Terhadap babi yang mati karena penyakit ASF dimasukkan ke dalam kantong dan harus segera dikubur untuk mencegah penularan yang lebih luas. Penyakit ini merupakan ancaman bagi populasi babi di Indonesia yang mencapai kurang lebih 8,5 juta ekor.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI