Demam Babi Afrika Teror Indonesia, 30 Ribu Babi di Sumut Mati

Sabtu, 21 Desember 2019 | 12:39 WIB
Demam Babi Afrika Teror Indonesia, 30 Ribu Babi di Sumut Mati
Bangkai Babi yang Ditemukan di Pinggir Jalan Pemukiman Warga. [Medanheadlines.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Demam babi Afrika masuk ke Indonesia, ini ancaman. Wilayah pertama yang diserang wabah tersebut adalah Sumatera Utara. Sebanyak 30.000 babi telah mati sejak medio September 2019 karena demam babi Arfika

Kementerian Pertanian (Kementan) telah resmi melaporkan wabah demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) sudah masuk ke Indonesia khususnya di Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Deklarasi itu tertulis dalam Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 820/KPTS/PK.320/M/12/2019 tentang pernyataan wabah demam babi Afrika pada beberapa kabupaten/kota di Sumut.

Kepala Balai Veteriner Medan, Agustia mengatakan puluhan ribu babi yang mati tersebut paling dominan disebabkan oleh ASF. Demam babi Afrika membuat lebih dari 30.000 ekor babi mati sejak September 2019 di 16 kabupaten/kota di antaranya Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Karo, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Langkat, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Serdang Bedagai dan Medan.

"Ada dua pemainnya (penyebab) hog cholera (kolera babi) dan ASF tapi bukan dalam satu individu itu ada dua-duanya. Artinya dari sekian banyak ada yang ditemukan ASF dan Hog Cholera. Tapi yang dominan itu ASF," kata Agustia, Jumat (20/12/2019) kemarin.

Baca Juga: Jelang Natal Babi di Jerman Menggugat ke Pengadilan

Agustia menjelaskan penyebaran virus demam babi Afrika di 16 kabupaten/kota di Sumut disebabkan dari lalu lintas pengiriman ternak babi yang telah terserang ASF kemudian dibawa dari satu tempat ke wilayah lain. Hal tersebut membuat penyebaran virus ASF begitu cepat.

"Kalau virus sudah ada di lapangan itu akan menyebar cepat di dalam populasi. Sementara populasi terbesar ada di Kabupaten Dairi sehingga itu yang sangat mengancam dan sampai sekarang banyak terjadi kematian di sana. Demikian juga yang di Kabupaten Deli Serdang populasi banyak," jelasnya.

Agus juga mengungkapkan sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk mengatasi virus demam babi Afrika. Salah satu cara agar virus ASF tidak menyebar ke wilayah lain dan menjangkiti babi di Sumut, harus dilakukan pengawasan terhadap lalu lintas pengiriman ternak babi. Upaya pencegahan virus ini juga dilakukan dengan biosekuriti yaitu mencegah lalu lintas babi, melarang pemindahan ternak antar daerah, dan penyemprotan disinfektan.

"Kami pemerintah sudah melakukan langkah-langkah untuk mendiagnosis ini. Pemerintah juga sudah membuat langkah teknis untuk pengendalian ini (lalu lintas pengiriman ternak). Ini tidak ada obatnya jadi langkah teknisnya adalah bagaimana mengendalikan membatasi lalu lintas ternak antar daerah. Kemudian melakukan biosekuriti, dan penggunaan sisa pakan yang dibatasi," ungkapnya.

Sebelumnya, Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi mengaku belum menerima salinan soal surat keputusan Menteri Pertanian tentang pernyataan wabah demam babi Afrika pada beberapa kabupaten/kota di Sumut.

Baca Juga: Kematian Babi Capai 2.000 Ekor Per Hari, DKPP Sumut: Kemungkinan Akan Habis

"Saya belum (menerima). Tapi saya sudah dengar, itu perlu keabsahaan," kata Edy, Jumat (20/12).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI